SELAMAT DATANG DIBLOG BEJOSENTOSO

Selasa, 31 Januari 2012

KHAMAR

KHAMAR adalah bahan yang mengandung alkohol yang memabukkan. Untuk lebih jelasnya, di sini akan kami sebutkan beberapa bahaya khamar terhadap pribadi seseorang, baik akalnya, tubuhnya, agamanya dan dunianya. Akan kami jelaskan juga betapa bahayanya terhadap rumahtangga ditinjau dari segi pemeliharaannya maupun pengurusannya terhadap isteri dan anak-anak. Dan akan kami bentangkan juga betapa mengancamnya arak terhadap masyarakat dan bangsa dalam existensinya, baik yang berupa moral maupun etika. Sungguh benar apa yang dikatakan oleh salah seorang penyelidik, bahwa tidak ada bahaya yang lebih parah yang diderita manusia, selain bahaya arak. Kalau diadakan penyelidikan secara teliti di rumah-rumah sakit, bahwa kebanyakan orang yang gila dan mendapat gangguan saraf adalah disebabkan arak. Dan kebanyakan orang yang bunuh diri ataupun yang membunuh kawannya adalah disebabkan arak. Termasuk juga kebanyakan orang yang mengadukan dirinya karena diliputi oleh suasana kegelisahan, orang yang membawa dirinya kepada lembah kebangkrutan dan menghabiskan hak miliknya, adalah disebabkan oleh arak. Begitulah, kalau terus diadakan suatu penelitian yang cermat, niscaya akan mencapai batas klimaks yang sangat mengerikan yang kita jumpai, bahwa nasehat-nasehat, kecil sekali artinya. Orang-orang Arab dalam masa kejahilannya selalu disilaukan untuk minum khamar dan menjadi pencandu arak. Ini dapat dibuktikan dalam bahasa mereka yang tidak kurang dari 100 hama dibuatnya untuk mensifati khamar itu. Dalam syair-syairnya mereka puji khamar itu, termasuk sloki-slokinya, pertemuan-pertemuannya dan sebagainya. Setelah Islam datang, dibuatnyalah rencana pendidikan yang sangat bijaksana sekali, yaitu dengan bertahap khamar itu dilarang. Pertama kali yang dilakukan, yaitu dengan melarang mereka untuk mengerjakan sembahyang dalam keadaan mabuk, kemudian meningkatkan dengan diterangkan bahayanya sekalipun manfaatnya juga ada, dan terakhir baru Allah turunkan ayat secara menyeluruh dan tegas, yaitu sebagaimana firmanNya: "Hai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya arak, judi, berhala, dan undian adalah kotor dari perbuatan syaitan. Oleh karena itu jauhilah dia supaya kamu bahagia. Syaitan hanya bermaksud untuk mendatangkan permusuhan dan kebencian di antara kamu disebabkan khamar dan judi, serta menghalangi kamu ingat kepada Allah dan sembahyang. Apakah kamu tidak mau berhenti?" (al-Maidah: 90-91) Dalam kedua ayat tersebut Allah mempertegas diharamkannya arak dan judi yang diiringi pula dengan menyebut berhala dan undian dengan dinilainya sebagai perbuatan najis (kotor). Kata-kata His (kotor, najis) ini tidak pernah dipakai dalam al-Quran, kecuali terhadap hal yang memang sangat kotor dan jelek. Khamar dan judi adalah berasal dari perbuatan syaitan, sedang syaitan hanya gemar berbuat yang tidak baik dan mungkar. Justru itulah al-Quran menyerukan kepada umat Islam untuk menjauhi kedua perbuatan itu sebagai jalan untuk menuju kepada kebagiaan. Selanjutnya al-Quran menjelaskan juga tentang bahaya arak dan judi dalam masyarakat, yang di antaranya dapat mematahkan orang untuk mengerjakan sembahyang dan menimbulkan permusuhan dan kebencian. Sedang bahayanya dalam jiwa, yaitu dapat menghalang untuk menunaikan kewajiban-kewajiban agama, diantaranya ialah zikrullah dan sembahyang. Terakhir al-Quran menyerukan supaya kita berhenti dari minum arak dan bermain judi. Seruannya diungkapkan dengan kata-kata yang tajam sekali, yaitu dengan kata-kata: fahal antum muntahun? (apakah kamu tidak mau berhenti?). Jawab seorang mu'min terhadap seruan ini: "Ya, kami telah berhenti, ya Allah!" Orang-orang mu'min membuat suatu keanehan sesudah turunnya ayat tersebut, yaitu ada seorang laki-laki yang sedang membawa sloki penuh arak, sebagiannya telah diminum, tinggal sebagian lagi yang sisa. Setelah ayat tersebut sampai kepadanya, gelas tersebut dilepaskan dan araknya dituang ke tanah. Banyak sekali negara-negara yang mengakui bahaya arak ini, baik terhadap pribadi, rumah tangga ataupun tanah air. Sementara ada yang berusaha untuk memberantasnya dengan menggunakan kekuatan undang-undang dan kekuasaan, seperti Amerika, tetapi akhirnya mereka gagal. Tidak dapat seperti yang pernah dicapai oleh Islam di dalam memberantas dan menghilangkan arak ini. Dari kalangan kepala-kepala gereja bertentangan dalam menilai bagaimana pandangan Kristen terhadap masalah arak, justru karena di Injil ditegaskan: "Bahwa arak yang sedikit itu baik buat perut." Kalau omongan itu betul, niscaya yang sedikit itu perlu dihentikan, sebab minum arak sedikit, dapat membawa kepada banyak. Gelas pertama akan disambut dengan gelas kedua dan begitulah seterusnya sehingga akhirnya menjadi terbiasa. 2.1.19.1 Setiap Yang Memabukkan Berarti Arak Pertama kali yang dicanangkan Nabi Muhammad s.a.w. tentang masalah arak, yaitu beliau tidak memandangnya dari segi bahan yang dipakai untuk membuat arak itu, tetapi beliau memandang dari segi pengaruh yang ditimbulkan, yaitu memabukkan. Oleh karena itu bahan apapun yang nyatanyata memabukkan berarti dia itu arak, betapapun merek dan nama yang dipergunakan oleh manusia; dan bahan apapun yang dipakai. Oleh sebab itu Beer dan sebagainya dapat dihukumi haram. Rasulullah s.a.w. pernah ditanya tentang minuman yang terbuat dari madu, atau dari gandum dan sya'ir yang diperas sehingga menjadi keras. Nabi Muhammad sesuai dengan sifatnya berbicara pendek tetapi padat, maka didalam menjawab pertanyaan tersebut beliau sampaikan dengan kalimat yang pendek juga, tetapi padat: "Semua yang memabukkan berarti arak, dan setiap arak adalah haram." (Riwayat Muslim) Dan Umar pun mengumumkan pula dari atas mimbar Nabi, "Bahwa yang dinamakan arak ialah apa-apa yang dapat menutupi fikiran." (Riwayat Bukhari dan Muslim). 2.1.19.2 Minum Sedikit Untuk kesekian kalinya Islam tetap bersikap tegas terhadap masalah arak. Tidak lagi dipandang kadar minumannya, sedikit atau banyak. Kiranya arak telah cukup dapat menggelincirkan kaki manusia. Oleh karena itu sedikitpun tidak boleh disentuh. Justru itu pula Rasulullah s.a.w. pernah menegaskan: "Minuman apapun kalau banyaknya itu memabukkan, maka sedikitnya pun adalah haram." (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Tarmizi) "Minuman apapun kalau sebanyak furq6 itu memabukkan, maka sepenuh tapak tangan adalah haram." (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Tarmizi) 2.1.19.3 Memperdagangkan Arak Rasulullah tidak menganggap sudah cukup dengan mengharamkan minum arak, sedikit ataupun banyak, bahkan memperdagangkan pun tetap diharamkan, sekalipun dengan orang di luar Islam. Oleh karena itu tidak halal hukumnya seorang Islam mengimport arak, atau memproduser arak, atau membuka warung arak, atau bekerja di tempat penjualan arak. Dalam hal ini Rasulullah s.a.w. pernah melaknatnya, yaitu seperti tersebut dalam riwayat di bawah ini: "Rasulullah s.a.w. melaknat tentang arak, sepuluh golongan: (1) yang memerasnya, (2) yang minta diperaskannya, (3) yang meminumnya, (4) yang membawanya, (5) yang minta dihantarinya, (6) yang menuangkannya, (7) yang menjualnya, (8) yang makan harganya, (9) yang membelinya, (10) yang minta dibelikannya." (Riwayat Tarmizi dan Ibnu Majah) Setelah ayat al-Quran surah al-Maidah (90-91) itu turun, Rasulullah s.a.w. kemudian bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan arak, maka barangsiapa yang telah mengetahui ayat ini dan dia masih mempunyai arak walaupun sedikit, jangan minum dan jangan menjualnya." (Riwayat Muslim) Rawi hadis tersebut menjelaskan, bahwa para sahabat kemudian mencegat orang-orang yang masih menyimpan arak di jalan-jalan Madinah lantas dituangnya ke tanah. Sebagai cara untuk membendung jalan yang akan membawa kepada perbuatan yang haram (saddud dzara'ik), maka seorang muslim dilarang menjual anggur kepada orang yang sudah diketahui, bahwa anggur itu akan dibuat arak. Karena dalam salah satu hadis dikatakan: "Barangsiapa menahan anggurnya pada musim-musim memetiknya, kemudian dijual kepada seorang Yahudi atau Nasrani atau kepada tukang membuat arak, maka sungguh jelas dia akan masuk neraka." (Riwayat Thabarani) 2.1.19.4 Seorang Muslim Tidak Boleh Menghadiahkan Arak Kalau menjual dan memakan harga arak itu diharamkan bagi seorang muslim, maka menghadiahkannya walaupun tanpa ganti, kepada seorang Yahudi, Nasrani atau yang lain, tetap haram juga. Seorang muslim tidak boleh menghadiahkan atau menerima hadiah arak. Sebab seorang muslim adalah baik, dia tidak boleh menerima kecuali yang baik pula. Diriwayatkan, ada seorang laki-laki yang memberi hadiah satu guci arak kepada Nabi s.a.w., kemudian Nabi memberitahu bahwa arak telah diharamkan Allah. Orang laki-laki itu bertanya: Rajul: Bolehkah saya jual? Nabi: Zat yang mengharamkan meminumnya, mengharamkannya juga menjualnya. Rajul: Bagaimana kalau saya hadiahkan raja kepada orang Yahudi? Nabi: Sesungguhnya Allah yang telah mengharamkan arak, mengharamkan juga untuk dihadiahkan kepada orang Yahudi. Rajul: Habis, apa yang harus saya perbuat? Nabi: Tuang saja di selokan air. (Al-Humaidi dalam musnadnya)

Senin, 23 Januari 2012

Pesta Pora Wakil Rakyat di Tengah Derita Rakyat, Terlalu!

Dahulu, DPR dikenal dengan julukan 5D, Datang, Duduk, Diam (dengkur atau tidur kalau bisa), Dengar (kalau sempat), dan terakhir Duit. Kini, julukan untuk lembaga yang katanya terhormat itu patut diganti, yakni menjadi 5M, yakni renovasi toilet: 2 M, pembuatan kalender: 1,3 M, pemeliharaan situs gedung DPR: 1,8 M, pencetakan majalah: 2,97 M, dan pewangi ruang DPR: 1,59 M. Sudah cukup, ternyata belum, masih ada sekian M (Miliar) lagi untuk dikeluarkan untuk pesta pora wakil rakyat di tengah penderitaan mereka yang diwakili. Total proyek pesta pora tersebut mencapai 73, 7 Miliar, terlalu! Negeri Para Perampok bak Serigala Lapar Sungguh jauh berbeda keteladanan pemimpin di masa Islam dahulu, dengan para pemimpin dan wakil rakyat di masa kini. Dahulu, para pemimpin lebih mendahulukan bagaimana caranya agar bisa mengenyangkan perut rakyat. Kini, pada perut rakyat yang kelaparan, para pemimpin yang mengatas namakan wakil rakyat berpesta pora menghambur-hamburkan uang rakyat. Artikel Pembuatan Gedung Baru DPR RI Belum hilang dari ingatan kita, artikel DPR membangun gedung baru senilai 1,6 Triliun, kini wakil rakyat ala sistem kafir demokrasi barat tersebut merencanakan renovasi ruang Badan Anggaran DPR senilai 20 Miliar. Fantastik! Konyolnya lagi, renovasi ruang Banggar itu hanya satu dari sekian proyek fantastis wakil rakyat yang proyek-proyeknya tertuang dalam Rencana Anggaran Kerja DPR 2012 dengan total nilai 73,7 Miliar. Sungguh, angka-angka fantastis tersebut yang dikeluarkan untuk sesuatu yang sebenarnya tidak perlu (hanya merupakan pemuasan nafsu pesta pora dan hedonistik para perampok negeri ini) menyakitkan hati rakyat negeri ini yang mayoritas Muslim. Dalam pandangan Islam, seorang pemimpin, wakil rakyat, seharusnya menjadi pelindung, dan lebih mengutamakan kepentingan rakyatnya terlebih dahulu, sebelum kepentingan pribadinya (baca: Belajar Dari Dua Umar). Namun, jika posisi dan harta lebih didahulukan oleh para pemimpin dan wakil rakyat, maka rusaklah masyarakat atau negara tersebut! "Tidaklah dua serigala lapar yang dilepas di kelompok kambing lebih merusak dibanding ketamakan seorang kepada harta dan kehormatan." (HR. Tirmidzi) Syekhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa ketamakan manusia kepada harta dan posisi lebih besar bahayanya terhadap agama dibanding bahaya serigala lapar di kandang kambing. Harga Fantastik Sebuah Kursi Wakil Rakyat Mau tahu berapa harga kursi wakil rakyat yang biasanya dipakai untuk tidur ketika sedang sidang soal rakyat? Rp. 24 juta per unitnya. Fantastik! Harga kursi ruang rapat anggota Banggar DPR ini memang "gila" di tengah-tengah penderitaan rakyat yang kadang tidak bisa makan normal tiga kali sehari. Konon, kursi berwarna hitam untuk para wakil rakyat tersebut diimpor dari Jerman, sangat berkelas dan sangat nyaman ibarat naik mobil Ferrari. Kursi-kursi itu nantinya akan dipakai oleh para anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR, diproduksi oleh Vitra, perusahaan mebel asal Jerman. Bayangkan, jika dengan kursinya sebelumnya para wakil rakyat sudah tertidur lelap saat sidang wakil rakyat, maka apa yang akan terjadi ketika mereka duduk di kursi nyaman dan empuk seharga Rp. 24 juta? Parahnya lagi, untuk urusan kursi saja sudah terjadi kecurangan. Sekjen DPR Nining Indra saleh yang namanya saat ini menjadi sorotan, menghindari untuk memberikan jawaban terkait tudingan adanya dugaan mark up dalam pengadaan kursi di ruang Banggar DPR. Ia malah menyarankan untukmenunggu hasil audit BPKP. Namun menurut Uchok Sky Khadafi dari Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) audit oleh BPK atau BPKP dianggap tidak bisa menguak dugaan mark up pengadaan kursi atau renovasi ruang Banggar. KPK harus turun tangan, ujarnya. "Kursi yang ada sekarang aja bisa bikin politisi tidur saat rapat. Apalagi kalau dikasih kursi nyaman dan mempertimbangkan, "kritiknya soal hobi DPR memilih fasilitas mewah. Kisruh kebobrokan wakil rakyat yang berpesta pora di tengah penderitaan rakyat ini masih ditambah dengan saling tuding diantara mereka untuk mencari kambing hitam. Ini satu bukti lain bahwa selain rezim ini dan para pemimpinnya memang sudah bobrok, sistemnya juga bobrok, karena menerapkan sistem buatan manusia, yakni sistem kafir demokrasi. Sekjen DPR, Nining Indra Saleh tampaknya akan dijadikan sebagai kambing hitam dan diusulkan untuk ditendang dari wilayah DPR. Namun Nining melawan, dan mengatakan bahwa semua proyek yang dikerjakan Sekjen bukan peran lembaganya semata. Sebab, sebagian besar proyek di lingkungan DPR adalah usulan dari para anggota DPR sendiri, ujarnya. Lagi pula, setiap anggaran yang diajukan sudah melalui persetujuan anggota dewan yang duduk di Badan Anggaran dan Rumah Tangga (BURT) DPR. Jadi, siapa yang salah dalam masalah ini? Saatnya Berubah! Demikianlah jika negara yang mayoritas Muslim ini diatur oleh sebuah aturan yang tidak berasal dari Islam, menjadi negara gagal. Sudah 66 tahun negara ini menerapkan ideologi buatan manusia yang hanya memunculkan sistem kehidupan bermasyarakat, bernegara yang hedonistik, kapitalistik, dan hanya mementingkan segelintir manusia saja, terutama para pemimpin dan wakil rakyatnya. Ideologi ini telah merusak kemurnian tauhid dan iman ummat Islam, maka rusak pulalah tauhid dan iman mereka, sehingga Islam yang mereka amalkan, Islam dan bahkan predikat haji yang mereka sandang hanya formalitas belaka, bercampur aduk antara yang haq (syariat Islam) dengan yang batil ( ideologi ciptaan manusia). Dan pesta pora para wakil rakyat di tengah derita rakyat adalah bukti dan tanda yang jelas dari Allah SWT., Agar kaum Muslim segera bertindak, mengenyahkan seluruh kotoran-kotoran syirik dan menggantinya dengan tauhid yang murni dan riridhoi Allah SWT. Allahu Akbar! Mengapa Tidak Belajar Dari Dua Umar? Mengapa tidak belajar dari dua Umar? Pertanyaan itu layak ditujukan kepada para pemimpin dan wakil rakyat negeri ini agar mereka dapat mencontoh bagaimana caranya mengenyangkan perut rakyat dulu ketimbang mengeyangkan perut sendiri dan memperkaya diri. Dua Umar itu siapa lagi kalau bukan Umar Bin Khattab dan Umar bin Abdul Aziz. Berikut kisah mereka! Umar Bin Khattab RA dan Ibu pemasak Batu Suatu masa dalam kepemimpinan Umar, terjadilah Tahun Abu. Masyarakat Arab, mengalami masa paceklik yang berat. Hujan tidak lagi turun. Pepohonan mengering, tidak terhitung hewan yang mati mengenaskan. Tanah tempat berpijak hampir menghitam seperti abu. Putus asa mendera di mana-mana. Saat itu Umar sang pemimpin menampilkan kepribadian yang sebenar-benar pemimpin. Kondisi rakyat diperhatikannya seksama. Tanggung jawabnya dijalankan sepenuh hati. Setiap hari ia menginstruksikan aparatnya menyembelih onta-onta potong dan menyebarkan pengumuman kepada seluruh rakyat. Berbondong-bondong rakyat datang untuk makan. Semakin pedih hatinya. Saat itu, darurat menjadi kian tebal. Dengan hati gentar, lidah kelunya berujar, "Ya Allah, jangan sampai umat Muhammad menemui kehancuran di tangan ini." Umar menabukan makan daging, minyak samin, dan susu untuk perutnya sendiri. Bukan apa-apa, ia khawatir makanan untuk rakyatnya berkurang. Ia, si pemberani itu, hanya menyantap sedikit roti dengan minyak zaitun. Akibatnya, perutnya terasa panas dan kepada pembantunya ia berkata "Kurangilah panas minyak itu dengan api". Minyak pun dimasak, namun perutnya kian bertambah panas dan berbunyi nyaring. Jika sudah demikian, ditabuh perutnya dengan jemari seraya berkata, "Berkeronconglah sesukamu, dan kau akan tetap menjumpai minyak, sampai rakyatku bisa kenyang dan hidup dengan wajar." Hampir setiap malam Umar bin Khattab melakukan perjalanan diam-diam. Ditemani salah seorang sahabatnya, ia masuk keluar kampung. Ini ia lakukan untuk mengetahui kehidupan rakyatnya. Umar khawatir jika ada hak-hak mereka yang belum ditunaikan oleh aparat pemerintahannya. Malam itu pun, bersama Aslam, Khalifah Umar berada di suatu kampung terpencil. Kampung itu berada di tengah-tengah gurun yang sepi. Saat itu Khalifah terperanjat. Dari sebuah kemah yang sudah rombeng, terdengar seorang gadis kecil sedang menangis berkepanjangan. Umar bin khattab dan Aslam bergegas mendekati kemah itu, siapa tahu penghuninya membutuhkan pertolongan mendesak. Setelah dekat, Umar melihat seorang perempuan tua tengah menjerangkan panci di atas tungku api. Asap mengepul-ngepul dari panci itu, sementara si ibu terus saja mengaduk-aduk isi panci dengan sebuah sendok kayu yang panjang. "Assalamu'alaikum," Umar memberi salam. Mendengar salam Umar, ibu itu mendongakan kepala seraya menjawab salam Umar. Tapi setelah itu, ia kembali pada pekerjaannya mengaduk-aduk isi panci. "Siapakah gerangan yang menangis di dalam itu?" Tanya Umar. Dengan sedikit tak peduli, ibu itu menjawab, "Anakku ...." "Apakah ia sakit?" "Tidak," jawab si ibu lagi. "Ia kelaparan." Umar dan Aslam tertegun. Mereka masih tetap duduk di depan kemah sampai lebih dari satu jam. Gadis kecil itu masih terus menangis. Sedangkan ibunya terus mengaduk-aduk isi pancinya. Umar tidak habis pikir, apa yang sedang dimasak oleh ibu tua itu? Sudah begitu lama tapi belum juga matang. Karena tak tahan, akhirnya Umar berkata, "Apa yang sedang kau masak, hai Ibu? Kenapa tidak matang-matang juga masakanmu itu? " Ibu itu menoleh dan menjawab, "Hmmm, kau lihatlah sendiri!" Umar dan Aslam segera menjenguk ke dalam panci tersebut. Alangkah kagetnya ketika mereka melihat apa yang ada di dalam panci tersebut. Sambil masih terbelalak tak percaya, Umar berteriak, "Apakah kau memasak batu?" Perempuan itu menjawab dengan menganggukkan kepala. "Buat apa?" Dengan suara lirih, perempuan itu kembali bersuara menjawab pertanyaan Umar, "Aku memasak batu-batu ini untuk menghibur anakku. Inilah kejahatan Umar bin Khattab. Ia tidak mau melihat ke bawah, apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi belum. Lihatlah aku. Aku seorang janda. Sejak dari pagi tadi, aku dan anakku belum makan apa-apa. Jadi anakku pun kusuruh berpuasa, dengan harapan ketika waktu berbuka kami mendapat rejeki. Namun ternyata tidak. Sesudah magrib tiba, makanan belum ada juga. Anakku terpaksa tidur dengan perut yang kosong. Aku mengumpulkan batu-batu kecil, memasukkannya ke dalam panci dan kuisi air. Lalu batu-batu itu kumasak untuk membohongi anakku, dengan harapan ia akan tertidur lelap sampai pagi. Ternyata tidak. Mungkin karena lapar, sebentar-sebentar ia bangun dan menangis minta makan. " Ibu itu diam sejenak. Kemudian ia melanjutkan, "Namun apa dayaku? Sungguh Umar bin Khattab tidak cepat jadi pemimpin. Ia tidak mampu menjamin kebutuhan rakyatnya. " Mendengar penuturan si Ibu seperti itu, Aslam akan menegur perempuan itu. Namun Umar sempat mencegah. Dengan air mata berlinang ia bangkit dan mengajak Aslam cepat-cepat pulang ke Madinah. Tanpa istirahat lagi, Umar segera memikul gandum di punggungnya, untuk diberikan kepada janda tua yang sengsara itu. Karena Umar bin Khattab terlihat kelelahan, Aslam berkata, "Wahai Amirul Mukminin, biarlah aku saja yang memikul karung itu ...." Dengan wajah merah padam, Umar menjawab, "Aslam, jangan jerumuskan aku ke dalam neraka. Engkau akan menggantikan aku memikul beban ini, apakah kau kira engkau akan mau memikul beban di pundakku ini di hari pembalasan kelak? " Aslam tertunduk. Ia masih berdiri mematung, ketika tersuruk-suruk Umar bin Khattab berjuang memikul karung gandum itu. Angin berhembus. Membelai tanah Arab yang dilanda paceklik. Umar bin Abdul Aziz RA dan Fasilitas Negara Umar bin Abdul Aziz menulis pada Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm (gubernur Madinah), " Amma ba'du ". Aku membaca suratmu pada Sulaiman (Sulaiman bin Abdul Malik khalifah sebelum Umar yang juga saudaranya). Kamu menyebutkan bahwa para amir kota Madinah sebelum kamu telah diberikan jatah berupa lilin jenis begini dan begini. Mereka menjadi penerang saat mereka keluar. Aku merasa tersiksa atas jawabanmu dalam surat itu. Sungguh, aku telah menjanjikan padamu, hai Ibnu Ummu Hazm, agar kamu keluar dari rumahmu dalam keadaan gelap gulita, tidak memakai penerang. Sungguh, kamu dulu lebih baik dari kamu sekarang dan lentera yang rusak sudah bisa membuatmu cukup. Wassalam . Mungkin kita zaman sekarang terheran-heran dengan kebijakan Umar bin Abdul Aziz masalah lilin ini. Begitu sederhana dan wara 'nya beliau tidak hanya terhadap dirinya tetapi juga terhadap para pegawainya. Seakan-akan beliau ingin menegaskan bahwa kesederhanaan dan qanaah adalah hal mutlak yang harus diikuti oleh seluruh kantor negara dalam kepemimpinannya. Dengan kebijakannya itu apakah kinerja kekhalifahan masa Umar bin Abdul Aziz juga sederhana? Mari kita simak kisah berikut: Yahya bin Said berkata, "Umar bin Abdul Aziz mengutusku menarik zakat di Afrika maka aku jalankan. Aku menemukan-cari jika ada kaum fakir yang dapat kami beri bagian zakat itu, ternyata tidak kami temui orang fakir sama sekali dan tidak aku temui orang yang mau mengambil zakat dariku. Akhirnya, uang zakat itu aku belikan budak dan budak itu aku merdekakan, dan mereka setia pada kaum muslimin. " Ternyata dengan fasilitas yang sangat bersahaja, Umar bin Abdul Azis dapat membuat rakyatnya sejahtera dalam periode kepemimpinannya yang hanya 2 tahun 5 bulan 5 hari. Sedangkan untuk anak-anaknya dia hanya meninggalkan warisan 1 / 2 Dinar atau 1 / 4 Dinar untuk setiap anaknya yang berjumlah 11 anak. Bandingkan dengan khalifah sebelumnya yang juga saudara sepupunya, Sulaiman bin Abdul Malik yang mewariskan 1 juta Dinar untuk masing-masing anak yang juga berjumlah 11 anak. Di akhir hayatnya Umar bin Abdul Aziz berpesan kepada anak-anaknya, "jika kalian saleh, maka Allah yang akan mengurusmu" Setelah menjadi Khalifah, Umar bin Abdul Aziz melakukan gebrakan yang tidak biasa dilakukan para pemimpin Bani Umayyah sebelumnya. Para petugas protokoler kekhalifahan terkejut luar biasa. Umar menolak kendaraan dinas. Ia memilih menggunakan binatang tunggangan miliknya sendiri. Al-Hakam bin Umar mengisahkan, "Saya menyaksikan para pengawal datang dengan kendaraan khusus kekhalifahan kepada Umar bin Abdul Aziz sesaat dia diangkat menjadi Khalifah. Waktu itu Umar berkata, 'Bawa kendaraan itu ke pasar dan juallah, lalu hasil penjualan itu simpan di Baitul Maal. Saya cukup naik kendaran ini saja (hewan tunggangan). '" 'Atha al-Khurasani berkata, "Umar bin Abdul Aziz memerintahkan pelayannya untuk memanaskan air untuknya. Lalu pelayannya memanaskan air di dapur umum. Kemudian Umar bin Abdul Aziz menyuruh pelayannya untuk membayar setiap batang kayu bakar dengan satu dirham. " 'Amir bin Muhajir menceritakan bahwa Umar bin Abdul Aziz akan menyalakan lampu milik umum jika pekerjaannya berhubungan dengan kepentingan kaum Muslimin. Ketika urusan kaum Muslimin selesai, maka dia akan memadamkannya dan segera menyalakan lampu miliknya sendiri. Yunus bin Abi Syaib berkata, "Sebelum menjadi Khalifah tali celananya Akses dalam perutnya yang besar. Namun, ketika dia menjadi Khalifah, dia sangat kurus. Bahkan jika saya menghitung jumlah tulang rusuknya tanpa menyentuhnya, pasti saya bisa menghitungnya. " Abu Ja'far al-Manshur pernah bertanya kepada Abdul Aziz tentang kekayaan Umar bin Abdul Aziz, "Berapa kekayaan ayahmu saat mulai menjabat sebagai Khalifah?" Abdul Aziz menjawab, "Empat puluh ribu dinar." Ja'far bertanya lagi, "Lalu berapa kekayaan ayahmu saat meninggal dunia? "Jawab Abdul Aziz," Empat ratus dinar. Itu pun kalau belum berkurang. " Bahkan suatu ketika Maslamah bin Abdul Malik menjenguk Umar bin Abdul Aziz yang sedang sakit. Maslamah melihat pakaian Umar sangat kotor. Ia berkata kepada istri Umar, "Tidakkah kamu cuci bajunya?" Fathimah menjawab, "Demi Allah, dia tidak memiliki pakaian lain selain yang ia pakai." Ketika shalat Jum'at di masjid salah seorang jamaah bertanya, "Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah telah mengaruniakan kepadamu kenikmatan. Mengapa tak mau kau pergunakan walau sekedar berpakaian bagus? "Umar bin Abdul Aziz berkata," Sesungguhnya berlaku sederhana yang paling baik adalah pada saat kita kaya dan sebaik-baik pengampunan adalah saat kita berada pada posisi kuat. " Seorang server Umar, Abu Umayyah al-Khashy berkata, "Saya datang menemui istri Umar dan dia memberiku makan siang dengan kacang adas. Saya katakan kepadanya, 'Apakah setiap hari tuan makan dengan kacang adas?' "Fathimah menjawab," Anakku, inilah makanan tuanmu, Amirul Mukminin. "'Amr bin Muhajir berkata," Uang belanja Umar bin Abdul Aziz setiap harinya hanya dua dirham. " Suatu saat Umar bin Abdul Aziz mengumpulkan Bani Marwan. Ia berkata, "Rasulullah saw. memiliki tanah Fadak, dan dari tanah itu dia memberikan nafkah kepada keluarga Bani Hasyim. Dan dari tanah itu pula Rasulullah saw. mengawinkan gadis-gadis di kalangan mereka. Suatu saat Fathimah memintanya untuk mengambil sebagian dari hasil tanah itu, tapi Rasulullah saw. menolaknya. Demikian pula yang dilakukan Abu Bakar dan Umar ra Kemudian harta itu diambil oleh Marwan dan kini menjadi milik Umar bin Abdul Aziz. Maka, saya memandang bahwa suatu hal yang dilarang Rasulullah saw. melarangnya untuk Fathimah adalah bukan menjadi hakku. Saya menyatakan kesaksian di hadapan kalian semua, bahwa saya telah mengembalikan tanah tersebut sebagaimana pada zaman Rasulullah saw. "(Riwayat Mughirah). Wahib al-Wadud mengisahkan, suatu hari beberapa kerabat Umar bin Abdul Aziz dari Bani Marwan datang, tapi Umar tak bisa menemui mereka. Lalu mereka menyampaikan pesan lewat Abdul Malik, "Tolong katakan kepada ayahmu bahwa para Khalifah terdahulu selalu memberikan keistimewaan dan uang kepada kami, karena mereka tahu posisi kami. Sementara ayahmu kini telah menghapusnya. " Abdul Malik menemukan ayahnya. Setelah kembali, Abdul Malik menyampaikan jawaban Umar bin Abdul Aziz kepada mereka, "Sesungguhnya aku takut akan siksa hari yang besar, jika aku mendurhakai Tuhanku." Umar mengutip ayat 15 surat Al-An'am. Umar bin Abdul Aziz pun pernah memanggil istrinya, Fathimah binti Abdul Malik, yang memiliki banyak perhiasan pemberian ayahnya, Khalifah Abdul Malik. "Wahai istriku, pilihlah olehmu, kamu kembalikan perhiasan-perhiasan ini ke Baitul Maal atau kamu izinkan saya meninggalkan kamu untuk selamanya. Aku tidak suka bila aku, kamu, dan perhiasan ini berada dalam satu rumah. "Fathimah menjawab," Saya memilih kamu dari perhiasan-perhiasan ini. " 'Amr bin Muhajir meriwayatkan, suatu hari Umar bin Abdul Aziz ingin makan apel, kemudian salah seorang anggota keluarganya memberi apel yang diinginkan. Lalu Umar berkata, "Alangkah harum aromanya. Wahai server, kembalikan apel ini kepada si pemberi dan sampaikan salam saya kepadanya bahwa hadiah yang dikirim telah sampai. " 'Amr bin Muhajir mempertanyakan sikap Umar itu, "Wahai Amirul Mukminin, orang yang memberi hadiah apel itu tak lain adalah sepupumu sendiri dan salah seorang yang masih memiliki hubungan kerabat yang sangat dekat denganmu. Bukankah Rasulullah saw. juga menerima hadiah yang diberikan orang lain kepadanya? "Umar bin Abdul Aziz menjawab," Celaka kamu, sesungguhnya hadiah yang diberikan kepada Rasulullah saw. adalah benar-benar hadiah, sedangkan yang diberikan kepadaku ini adalah suap. " Suatu ketika Abdul Malik, putra Umar, menemui ayahnya, dan berkata, "Wahai Amirul Mukminin, jawaban apa yang engkau persiapkan di hadapan Allah. di hari Kiamat nanti, seandainya Allah menanyakan kepadamu, 'Mengapa engkau melihat bid'ah, tapi engkau tidak membasminya, dan engkau melihat Sunnah, tapi engkau tidak menghidupkannya di tengah-tengah masyarakat?' " Umar menjawab, "Semoga Allah. mencurahkan rahmat-Nya kepadamu dan semoga Allah memberimu imbalan atas kebaikanmu. Anakku, sesungguhnya kaummu melakukan perbuatan dalam agama ini sedikit demi sedikit. Jika aku melakukan pembasmian terhadap apa yang mereka lakukan, maka aku tidak merasa aman bahwa tindakanku itu akan menimbulkan bencana dan pertumpahan darah, dan mereka akan menghujatku. Demi Allah, hilangnya dunia bagiku jauh lebih ringan dari munculnya pertumpahan darah yang disebabkan oleh tindakanku. Ataukah kamu tidak rela jika datang suatu masa, dimana ayahmu mampu membasmi bid'ah dan menghidupkan Sunnah? " Pemerintahan Umar bin Abdul Aziz sangat memprioitaskan kesejahtera rakyat dan tegaknya keadilan. Fathimah binti Abdul Malik pernah menemukan suaminya sedang menangis di tempat biasa Umar melaksanakan shalat sunnah. Fathimah berusaha membesarkan hatinya. Umar bin Abdul Aziz berkata, "Wahai Fathimah, sesungguhnya saya memikul beban umat Muhammad dari yang hitam sampai yang merah. Dan saya memikirkan persoalan orang-orang fakir dan kelaparan, orang-orang sakit dan tersia-siakan, orang-orang yang tak sanggup berpakaian dan orang yang tersisihkan, yang teraniaya dan terintimidasi, yang terasing dan tertawan dalam perbudakan, yang tua dan yang jompo, yang memiliki banyak kerabat, tapi hartanya sedikit, dan orang-orang yang serupa dengan itu di seluruh negeri. Saya tahu dan sadar bahwa Tuhanku kelak akan menanyakan hal ini di hari Kiamat. Saya khawatir saat itu saya tidak memiliki alasan yang kuat di hadapan Tuhanku. Itulah yang membuatku menangis. " Malik bin Dinar berkata, "Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi Khalifah, para penggembala domba dan kambing berkata," Siapa orang saleh yang kini menjadi Khalifah umat ini? Keadilannya telah mencegah serigala memakan domba-domba kami. " Masya Allah! Demikianlah teladan dari dua Umar yang kata-kata biasa tidak lagi sanggup untuk mengungkapkannya. Dua Umar telah berhasil mengenyangkan perut rakyat dulu ketimbang perut mereka sendiri dan berhasil mencegah serigala memakan domba-domba dan kambing para pengembala. Akankah masa itu muncul kembali? Wallahu'alam bis showab! Negara Gagal, Ganti Sistem Ganti Rezim Kini, sebagian besar masyarakat telah mengetahui bahwa Negara ini adalah Negara gagal, untuk itu perlu dilakukan pergantian sistem maupun rezim. Lalu, sistem dan rezim yang seperti apakah yang siap untuk menggantikannya? Rezim diktaktor dan sistem Syirik yang Butuh Diganti Negara Gagal, Ganti Rezim Ganti Sistem. Ungkapan dan semboyan tersebut kini begitu memasyarakat. Betapa tidak, masyarakat akhirnya muak dan tidak tahan lagi dengan rezim yang korup, bermewah-mewah, dan tidak memperhatikan rakyatnya. Sementara itu, sistemnya sendiri adalah sistem atau ideologi syirik man made ​​yang merusak hakikat dan kemurnian tauhid dan iman umat Islam. Tidak hanya di tabloid-tabloid dan majalah saja tulisan Negara Gagal, Ganti Rezim Ganti Sistem, di pintu gerbang DPR Senayan - tempat para wakil rakyat menghambur-hamburkan uang rakyat - spanduk besar bertuliskan Ganti Rezim Ganti Sistem terpampang. Dalam berbagai diskusi dan diskusi seruan tersebut juga muncul, juga beredar via sms, face book, dan twiter. Masalahnya kemudian, sistem dan rezim apa yang harus dipersiapkan untuk mengganti rezim korup dan sistem syirik yang ada sekarang ini? Sebagai seorang Muslim, tentunya mereka harus mengambil pelajaran dari gelombang tsunami revolusi yang telah melanda Timur Tengah dan kini siap menghantam negeri-negeri lainnya. Revolusi dalam perspektif Islam Syekh Hasan Umar, dari Global Islamic Media Front (GIMF) mengetengahkan sebuah artikel yang menarik berjudul Ruha al-Islam Dairah (Roda Islam terus berputar) untuk menjelaskan hakikat sebuah revolusi. Di artikel pertamanya, ia mengutip sebuah hadits dari Muadz bin Jabal yang berkata: "Saya mendengar Rasululah SAW bersabda: "Sesungguhnya roda pengilingan Islam terus berputar, maka harus kalian berputar bersama kitab Allah kemanapun ia berputar. Ketahuilah, sesungguhnya Al-Qur'an akan berpisah dengan kekuasaan, maka janganlah kalian memisahkan diri dari Al-Qur'an. Ketahuilah, sesungguhnya akan datang kepada kalian para penguasa yang memutuskan hal untuk kepentingan diri mereka sendiri dan tidak memutuskannya untuk kepentingan kalian. Jika kalian tidak menaati mereka, niscaya mereka akan membunuh kalian. Namun jika kalian menaati mereka, niscaya mereka akan menyesatkan kalian. " Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang harus kami lakukan?" Beliau SAW menjawab, "Kerjakanlah sebagaimana hal yang dilakukan oleh para pengikut setia Nabi Isa bin Maryam. Mereka digergaji dengan gergaji besi dan disalib di atas sebatang kayu. Mati pada ketaatan kepada Allah lebih baik dari hidup dalam kemaksiatan kepada Allah. "(HR. Ath-Thabarani). Ia menjelaskan: "Setiap muslim dan muslimah harus memperhatikan hadits yang agung pada, yang mengungkapkan semangat revolusi Islam. Hadits ini menjelaskan bahwa kekuasaan sering kali membenci syariat Allah, kitab Allah, dan dien Allah. Kenapa? Karena kepentingan-kepentingan para penguasa bertabrakan dan menyelisihi dien Allah, kitab Allah, dan para pengikut kebenaran. Andai saja para penguasa membiarkan para pengikut kebenaran atau membuka pintu untuk mereka untuk memberikan pendapat dan mengingkari kemungkaran. Namun para penguasa itu menindas masyarakat dan memberikan tekanan hebat kepada para pengikut kebenaran. Karena selalu ada pertarungan antara dua manhaj; manhaj dien Allah di bawah panji kitab Allah dan manhaj setan dan penguasa yang batil di bawah panji-panji jahiliyah dengan beragam nama baik di masa dahulu maupun masa sekarang. " Dari penjelasan Syekh Hasan Umar, kita bisa memahami hakikat rusaknya rezim dan system yang ada dewasa ini, dimanapun, karena pada hakikatnya itu adalah sebuah sunatullah alias fitrah konfrontasi antara al haq (kebenaran) dengan al bathil (kerusakan). Syekh Hasan Umar juga menambahkan, bahwa hadits ini merupakan salah satu contoh revolusi Islam melawan para pengikut kebatilan dan contoh kerasnya pertarungan antara kebatilan dan kebenaran. Ia sekaligus pesan kepada para pengemban agama Islam ini, bahwa Islam tidak akan tegak tanpa adanya pengorbanan-pengorbanan dan keteguhan-keteguhan. Dien Islam tidak akan tinggi dan sukses tanpa adanya presentasi nyawa para pengembannya. Maka persiapkanlah diri kalian untuk mengembannya, didiklah generasi-generasi Islam di atas prinsip ini. Rasulullah SAW., Bersabda: "Kenabian akan bertahan di tengah kalian selama masa waktu yang diinginkan oleh Allah. Allah kemudian mengangkatnya jika Dia telah berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian khilafah 'ala minhaj nubuwwah bertahan selama masa waktu yang diinginkan oleh Allah. Allah kemudian mengangkatnya jika Dia telah berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian pemerintah yang diwariskan bertahan selama masa waktu yang diinginkan oleh Allah. Allah kemudian mengangkatnya jika Dia telah berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian pemerintah yang dikatator bertahan selama masa waktu yang diinginkan oleh Allah. Allah kemudian mengangkatnya jika Dia telah berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian khilafah 'ala minhaj nubuwwah bertahan. "Kemudian Rasulullah SAW., Diam. (HR. Ath-Thayalisi, Ath-Thabari, dan al-Baihaqi dalam Minhaj an-Nubuwwah. Hadits ini dishahihkan oleh syaikh Al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah dan dihasankan oleh syaikh Al-Arnauth). Dalam artikel tersebut Syekh Hasan Umar menjelaskan kebenaran nubuwwah Rasulullah SAW., Dimana fase-demi fase hadits itu terealisir dan kini telah sampai para fase menjelang akhir, yakni tumbangnya para diktaktor dan akan tegaknya kekhilafahan yang mengikuti manhaj kenabian. Syekh Hasan Umar juga merinci fitur dan klasifikasi dari para diktaktor yang saat ini mulai berjatuhan, yakni aparat keamanan yang kuat yang menjaganya, dan kebiasaan mereka yang memberangus para oposisi. Mereka juga sering mempergunakan media massa dan para jurnalis untuk 'mencetak' (membentuk) akal pikiran rakyat sesuai kehendak para penguasa, suatu cara yang bisa disebut 'operasi pencucian otak'. Mereka memenuhi otak rakyat dengan pemikiran-pemikiran yang mendukung para penguasa atau melalaikan rakyat dari dien Allah dan problematika-problematika umat yang paling menentukan nasib mereka, yaitu media massa memberikan porsi yang sangat besar untuk aspek seni, olahraga, lagu-lagu (musik), lawakan, dan seterusnya. Setelah itu, para tokoh agama yang berubah menjadi para pejabat pemerintahan. Ketika melihat kemungkaran, mereka memegang prinsip: 'Saya tidak melihat, tidak mendengar, dan tidak mengatakan'. Mereka berperan seperti para pendeta yang menganggap suci para penguasa, bukan berperan sebagai tokoh iman yang mengingkari kemungkaran penguasa dan meluruskan kekeliruannya, bukan pula berperan sebagai pemimpin umat yang mengembalikan hak-hak umat yang hilang. Selain itu, masih menurut Syekh Hasan Umar, di antara metode terpenting para penguasa diktator tersebut adalah mengikuti kemauan Barat di bidang politik dan militer, dengan melemparkan pertanyaan Palestina dari realita perjuangan, karena mereka semua sibuk menjalin perdamaian dengan Israel. Maka kekuatan militer Amerika dipersilahkan bercokol di Kuwait, Teluk, dan Arab Saudi. Sikap politik negara-negara kawasan Teluk berada di bawah payung politik Amerika. Amerika bahkan melakukan intervensi sangat dalam, sampai taraf menentukan para penguasa di beberapa negeri Islam. Para penguasa tersebut meminta bantuan kekuatan adidaya (salibis Amerika dan Eropa) ini dan mereka menindas rakyat mereka sendiri. Maka mereka layak menyandang nama 'diktatur'. Syekh Hasan Umar melanjutkan, kini nasib para diktatur ini mulai sempoyongan dan ingin roboh, dengan dimulainya revolusi rakyat di Tunisia, lalu di Mesir, lalu demonstrasi-demonstrasi dan bentrokan-bentrokan terjadi di Yaman, Libya, dan lain-lain. Semuanya terjadi secara berentetan, dengan kecepatan yang mengagumkan. Semuanya memiliki kemiripan dan beraksi secara cepat. Kita tidak melihat ada penafsiran atas berbagai kejadian ini yang lebih jujur ​​dari penafsiran Nabi SAW., Yang telah memberitahukan kepada kita bahwa diktatur akan menguasai umat ini selama masa yang Allah kehendaki. Allah kemudian akan mengangkatnya jika Allah telah menghendakinya. Kini kita melihat dengan jelas awal hilangnya diktatur, dengan izin Allah. Jika diktatur telah hilang, niscaya akan digantikan oleh fase khilafah yang berjalan di atas minhaj (metode) kenabian, seperti yang telah diberitahukan oleh nabi Muhammad SAW. Demikianlah pemaparan Syekh Hasan Umar yang begitu jelas dan tegas untuk siapapun yang mau mengambil pelajaran darinya. Persoalan Negara Gagal, Ganti Sistem Ganti Rezim, adalah sebuah sunatullah dan merupakan nubuwwah dari Rasulullah SAW., Yang pasti akan terjadi, baik kita ikut mengupayakannya atau kita hanya berdiam diri saja. Untuk itu, pesiapkanlah diri untuk menjadi orang yang membuka jalan untuk kesuksesan dien ini, sehingga ia bisa mencapai apa yang dilalui oleh siang dan malam, bisa kembali menguasai dunia (izharudien), dan bisa kembali mensejahterakan umat Islam dan seluruh penjuru alam. Insya Allah! Read more: http://arrahmah.com/read/2012/01/23/17546-weekly-report-pekan-3januari-2012-pesta-pora-wakil-rakyat-di-tengah-derita-rakyat-terlalu.html#ixzz1kIDTMEz7

Jumat, 13 Januari 2012

Apa yang Menghambat kita untuk berakhlaq dengan baik

Di sela-sela gerombolan manusia yang sudah hilang nilai-nilai moralnya, sedikit sekali orang-orang yang masih menjaga akhlaqnya. Dengan kondisi seperti itu, sangat mencolok keberadaan orang tersebut. Karena sesungguhnya seseorang yang memiliki akhlaq dan budi pekerti yang baik, selalu membuat orang lain nyaman berada di dekatnya. Sehingga orang-orang akan mudah mengenalinya dan ini akan menjadi karakteristik yang membedakan dia dengan yang lain. Akhlaq yang baik itu bisa timbul dikarenakan seseorang itu selalu bersikap baik yang berlandaskan keyakinan bahwa Allah akan melihat apa-apa yang dikerjakan. Setiap perilaku yang ia perbuat selalu hanya mengharap ridha dari Allah dan bukan karena pujian manusia semata. Ia yakin akan balasan yang akan diberikan oleh Allah SWT sehingga ia akan menunjukkan perilaku terbaiknya dalam berinteraksi dengan sesame manusia. Perilaku yang dia lakukan tulus, tanpa ada skenario atau perilaku yang dibuat-buat. Firman Allah SWT : “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya” (Q.S. Al Zalzalah : 7). Hal inilah yang menciptakan akhlaq yang baik, karena keyakinan akan balasan kepada Allah terhadap setiap tingkah laku dan perbuatan baik yang dilakukan buat manusia di sekitarnya. Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh Allah SWT. Coba kita bandingkan diri kita ini dengan ciptaan-ciptaan Allah yang lain, betapa sempurnanya diri kita. Kita memiliki panca indra yang tidak dimiliki oleh tumbuhan. Kita memiliki akal yang tidak dimiliki oleh hewan. Kita memiliki hati, perasaan dan hawa nafsu yang tidak dimiliki malaikat. Terus apa yang membuat kita susah untuk bersyukur atas nikmat yang telah Allah SWT berikan? Lalu apa juga yang membuat akhlaq ini lebih buruk dari pada yang dimiliki oleh hewan? Lalu apa yang menghambat kita untuk berakhlaq seperti halnya Rasulullah Muhammad SAW? Ternyata kebanyakan manusia menyalahgunakan kelebihan yang diberikan oleh Allah SWT kepada dirinya, hal ini juga karena kurangnya rasa syukur pada diri mereka dan rasa sombong yang malahan mereka banggakan. Saat ini sudah terjadi pergeseran standar dari akhlaq yang baik itu seperti apa. Orang-orang kebingungan untuk mencari contoh atau petunjuk pembentukan akhlaq yang baik. Sebenarnya Allah SWT telah memberikan kita petunjuk praktis tentang bagaimana membentuk akhlaq yang baik, seperti apa petunjuk praktis tersebut? “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al ahzab : 21). Rasulullah Muhammad SAW adalah manusia terbaik yang diciptakan Allah dan merupakan panutan bagi kita semua. Apa yang beliau perbuat hendaklah menjadi contoh apa yang kita perbuat sekarang. Sehingga perbuatan kita bisa membentuk akhlaq kita yang tujuannya adalah terbentuknya Akhlakul Karimah dalam diri ini. Jadi akhlaq yang baik itu bisa kita dapatkan dengan mencontoh dan menerapkan akhlaq Rasulullah. Selanjutnya, ketika kita berakhlaq dan berbuat baik terhadap sesama, sesungguhnya tidak ada kerugian yang kita dapatkan. Malah dengan berakhlaq dengan baik dan benar itu akan mengantarkan kita pada kesuksesan bermasyarakat di dunia dan mendapatkan nikmat akhirat. Masyarakat di lingkungan akan merespon kita dengan baik serta akan memudahkan kita berkomunikasi serta berdakwah di masyarakat. Dan juga nikmat-nikmat yang Allah janjikan itu menunggu kita di akhirat sana. Allah pun seringkali menjelaskan di dalam Al Qur’an tentang manfaat-manfaat berbuat baik. Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. (Q.S. Al Baqarah : 25) Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya (Q.S. Yunus : 26) Maka apalagi yang menjadi penghambat kita untuk berakhlaq dengan baik? Sudah jelas contoh dan cara untuk membentuknya. Sudah sangat jelas balasan dari Allah yang akan kita dapatkan. Oleh karena itu, wahai saudara-saudaraku yang dirahmati oleh Allah SWT, mari kita mulai dari hal yang kecil, yaitu diri kita. Kita biasakan diri kita untuk berakhlaq dengan baik. Lalu kita ajak lingkungan di sekitar kita. Sehingga nanti pada akhirnya semua manusia di dunia ini akan terbiasa untuk berakhlaq dengan baik dan benar, insya Allah! Wallahu’alam bishshowab.

Mencari kebahagian

Pernahkah kita mencermati sesungguhnya apa yang dicari oleh seorang pelancong ketika dia mengelana menembus semua belahan dunia? ataukah kita pernah sedikit merenung sebenarnya apa yang ingin didapatkan oleh seorang pendaki gunung ketika harus bersusah payah mencapai puncak mount everst? Pada hakikatnya mereka mencari kedamaian. Menelisik titik tertinggi dari sebuah pencapaian dalam hidup mereka, lalu dengan itu semua mereka akan merasa puas dan tenang karena berhasil mencapai apa yang mereka impikan. Tapi, apakah semua pencapaian itu membuat mereka bahagia? kalau ia, kenapa mereka masih saja terus mendaki ganasnya pegunungan atau masih saja menghabiskan uang mereka untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut berulang-ulang kali?. Bahkan demi sebuah kualitas hidup sebagai seorang pendaki, mereka rela meninggal di dinginnya pegunungan sebagai bentuk kecintaan mereka dengan apa yang mereka geluti selama ini. Jika kita memahami, sesungguhnya kebahagiaan itu takkan pernah terpuaskan jika kita hanya menjadikan DUNIA sebagai PATOKAN KEBAHAGIAAN. Seberapa berhasilpun engkau meraih mimpimu, niscaya kedamaian dan ketenangan itu takkan pernah engkau temukan jika dunia masih saja menjadi alasan untuk bekerja. Dia justru akan melemahkan, dia akan mengguncangkan, dan dia akan melahirkan keserakahan untuk terus-menerus diupayakan. Lalu di manakah letak kebahagiaan itu? Saudaraku… tak perlu kita jauh-jauh mencari dimana sumber kedamaian. Tak perlu kita menghabiskan uang hanya untuk mengejar dimana kepuasan itu berada. Sesungguhnya, ia begitu dekat dengan kita. Kita hanya butuh sedikit waktu untuk mengingat Allah, agar tenteram mengelana dalam hangatnya rasa. “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah sajalah hati akan menjadi tenteram” (Ar-Rad : 28) Bagi orang-orang beriman, mengingat Allah adalah bagian yang tak terpisahkan dari mereka. Ia menjadi pengobat hati yang gundah gulana, ia menjadi penguat tatkala resah mulai menggelayut, bahkan ia menjadi penyalur rasa cinta kepada Allah tatkala rindu itu meletup-letup di dalam diri. “Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah dengan menyebut nama Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang” (Al-Ahzab : 41-42) Saudaraku… Terkadang kerasnya dunia membuat kita lupa untuk bersujud di pekatnya malam, kesibukan untuk mencari sesuap nasi membuat puasa menjadi sesuatu yang “mahal” harganya, bahkan shalat yang menjadi kewajiban kita hanyalah sebuah aktivitas tanpa ruh yang tidak memberikan energi bagi jiwa. Ia malah menjadi beban dan begitu berat untuk dikerjakan. Orang-orang yang lalai telah diingatkan oleh Allah dalam firman-Nya : “Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai” (Al-A’raf : 179) Duniakah yang membuat kita lupa pada-Nya? dengan alasan mencari kedamaian kah sampai banyak pekerjaan dakwah yang terlupakan? Sejatinya, semua kerja-kerja kita seharusnya selalu membawa Allah di hati kita. Ruang dimana kita mampu merenungi sekerdil apa jiwa kita. Dia Zat yang seharusnya kita letakkan sepenuhnya di dalam jiwa kita bahkan Dialah Zat yang seharusnya kita ingat dan kita syukuri nikmat-Nya. “Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku niscaya AKU ingat kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku” (Al-Baqarah : 152) Adakah kebahagiaan yang paling menghangatkan sebahagia mengingat Allah? adakah rasa yang paling berharga selain kecintaan yang berlimpah kepada-Nya? Saudaraku.. Sumber kenikmatan, kedamaian, serta kebahagiaan yang selama ini kita kejar. Sesungguhnya begitu dekat dengan kita. Kita hanya butuh sedikit muhasabah terhadap diri-diri kita yang begitu hina, menisbahkan segala cinta dan rasa kita hanya untuk-Nya. Allah akan membersamai kita tatkala kita ingat kepada-Nya, Allah akan mengingat kita dalam diri-Nya tatkala kita mengingat-Nya dalam Jiwa kita dan Allah akan mengingat kita dalam suasana yang lebih baik tatkala kita mengingat-Nya pada suasana apapun. Rasulullah SAW, bersabda : “Allah SWT. Telah berfirman , “Aku menurut prasangka hamba-Ku tentang Aku; Aku bersama nya bila ia mengingat-Ku. Bila ia mengingat-Ku dalam jiwanya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Bila ia mengingat-Ku di tengah khalayak, maka Aku mengingatnya di tengah khalayak yang lebih baik” (Mutafaq’alaih)

Masih Haruskah Berpacaran??

Allah memberikan rizki sesuai dengan kebutuhan hambaNya dan di waktu yang menurut Allah terbaik untuk kita mendapatkannya. Jodoh adalah salah satu rizki yang Allah persiapkan untuk kita. Allah akan memberikan jodoh pada kita di saat yang tepat. Bukan sesuai dengan keinginan kita. Seringnya kita menginginkan sesuatu hanya berdasarkan pada keinginan bukan pada kebutuhan. Allah Maha Tahu, kapan kita akan siap untuk menerima sebuah tanggung jawab besar untuk membentuk suatu peradaban kecil yang di mulai dari sebuah keluarga. Karena menikah bukan hanya penyatuan dua insan berbeda dalam satu bahtera tanpa visi dan tujuan yang pasti, berlayar tanpa arah atau berlayar hanya menuju samudera duniawi. Menikah adalah penggenapan setengah agama karena menikah adalah sarana ibadah kepada Allah. Dalam tiap perbuatan di dalam rumah tangga dengan berdasarkan keikhlasan dan ketaqwaan maka ganjarannya adalah pahala. Tapi jika menikah hanya berdasarkan nafsu atau bahkan mengikuti perputaran kehidupan dunia, maka hasilnya pun akan sesuai dengan yang di niatkan. Karena menikah adalah ibadah. Menikah adalah sunnah di anjurkan Rasulullah. Menimbun pahala yang terserak di dalam rumah tangga. Dan semua manusia yang normal pasti akan mendambakan suatu pernikahan. Merasakan suatu episode hidup dimana kita akan memulai segala sesuatu yang baru. Yang dahulu kita berperan sebagai seorang anak dengan berbagai kebahagiaan bermandikan kasih sayang orang tua. Maka menikah adalah suatu gerbang menuju pembelajaran menjadi orang tua kelak. Kita bukan lagi sebagai penumpang di mana mengikuti arah kehidupan yang di tentukan orang tua, melainkan kita akan menjadi driver untuk kehidupan kita sendiri kelak. Kita bisa saja mengikuti jalur yang telah di lewati orang tua, jika memang itu jalur yang tepat. Tapi jika jalur itu tak sesuai dengan arah tujuan kehidupan rumah tangga kita yaitu jalur keridhaan Allah, maka kita pun harus mencari jalur yang tepat. Karena menikah itu adalah satu kebaikan maka seharusnya harus di mulai dengan yang baik pula. Misalnya, ketika kita ingin lulus ujian, maka kita harus belajar yang giat bukan bermalas-malasan. Ayat Allah masih jelas tertera dalam kitabNya, bahwa pria yang baik akan mendapatkan wanita yang baik pula dan sebaliknya. Dan ayat itu masih sama dengan pada saat Allah turunkan beribu tahun yang lalu. Janji Allah pun tergambar melalui ayat itu dan Allah Maha Menepati janji. Lalu mengapa kita masih meragukan janji Allah itu?? Masih haruskah berpacaran?? Mengenal lawan jenis dengan dalih untuk mengenal pribadi masing-masing. Padahal kenyataannya, hanya sedikit kejujuran yang di tampakkan pada saat pacaran. Rasa takut yang besar untuk di tinggal pasangannya atau hendak mengambil hati pasangannya membuat mereka menyembunyikan keburukan yang terdapat dalam dirinya. Sudah menjadi rahasia umum, jika usia pacaran yang lama tak menjamin bahwa itu menjadi suatu jalan untuk memuluskan hubungan menuju jenjang pernikahan. Sudah tak menjamin adanya pernikahan setelah sekian lama menjalin masa pacaran, juga banyak di bumbui pelanggaran terhadap rambu-rambu Allah. Maksiat yang terasa nikmat. Zaman sekarang, berpacaran sudah selayaknya menjadi pasangan suami istri. Si pria seolah menjadi hak milik wanita dan si wanita kepunyaan pribadi si pria. Mereka pun bebas melakukan apapun sesuai keinginan mereka. Yang terparah adalah sudah hilangnya rasa malu ketika melakukan hubungan suami istri dengan sang pacar yang notabene bukan mahram. Padahal pengesahan hubungan berpacaran hanya berupa ucapan yang biasa di sebut “nembak”, misalnya “I Love You, maukah kau menjadi pacarku?” dan di terima dengan ucapan “I Love You too, aku mau jadi pacarmu”. Atau sejenisnya. Hanya itu. Tanpa adanya perjanjian yang kuat (mitsaqan ghaliza) antara seorang hamba dengan Sang Pencipta. Tanpa adanya akad yang menghalalkan hubungan tersebut. Hubungan pacaran tak ada pertanggungjawaban kecuali pelanggaran terhadap aturan Allah. Karena tak ada yang namanya pacaran islami, pacaran sehat atau apalah namanya untuk melegalkan hubungan tersebut. Kita berlelah melakukan hubungan pacaran. Melakukan apapun guna menyenangkan hati sang kekasih (yang belum halal) meskipun hati kita menolak. Jungkir balik kita mempermainkan hati. Hingga suka dan sedih karena cinta, cinta terlarang. Hati dan otak di penuhi hanya dengan masalah cinta. Kita menangis karena cinta, kita tertawa karena cinta, kita meraung-meraung di tinggal cinta, kita pun mengemis cinta. Hingga tak ada tempat untuk otak memikirkan hal positif lainnya. Tapi sayang, itu hanya cinta semu. Sesuatu yang semu adalah kesia-siaan. Kita berkorban mengatasnamakan cinta semu. Seorang pacar, hebatnya bisa menggantikan prioritas seorang anak untuk menghormati orangtua. Tak sedikit yang lebih senang berdua-duaan dengan sang pacar di banding menemani orangtua. Pacar bisa jadi lebih tau sedang dimana seorang anak di banding orang tuanya sendiri. Seseorang akan rela menyenangkan hati pacarnya untuk di belikan sesuatu yang di suka di bandingkan memberikan kejutan untuk seorang ibu yang melahirkannya. Seseorang akan lebih menurut pada perintah sang pacar di banding orang tuanya. Hubungan yang baru terjalin bisa menggantikan hubungan lahiriah dan batiniyah seorang anak dengan orangtua. Jika pun akhirnya menikah, maka tak ada lagi sesuatu yang spesial untuk di persembahkan pada pasangannya. Sebuah rasa yang seharusnya di peruntukan untuk pasangannya karena telah di umbar sebelumnya, maka akan menjadi hal yang biasa. Tak ada lagi rasa “greget”, karena masing-masing telah mendapatkan apa yang di inginkan pada masa berpacaran. Bisa jadi, akibat mendapatkan sesuatu belum pada waktunya maka ikrar suci pernikahan bukan menjadi sesuatu yang sakral dan mudah di permainkan. Na’udzubillah. Parahnya jika tiba-tiba hubungan pacaran itu kandas, hanya dengan sebuah kata “PUTUS” maka kebanyakan akan menjadi sebuah permusuhan. Apalagi jika di sebabkan hal yang kurang baik misalnya perselingkuhan. Kembali hati yang menanggung akibatnya. Kesedihan yang berlebihan hingga beberapa lama. Hati yang terlanjur memendam benci. Tak sedikit yang teramat merasakan patah hati dikarenakan cinta berlebihan menyebabkannya sakit secara fisik dan psikis. Juga ada beberapa kasus bunuh diri karena tak kuat menahan kesedihan akibat patah hati. Terdengar berlebihan. Tapi itulah kenyataannya, hati adalah suatu organ yang sensitif. Bisa naik secara drastis, tak jarang bisa jatuh langsung menghantam ke bumi. Apa yang di rasakan hati akan terlihat pada sikap dan perilaku. Hati yang terpenuhi nafsu akan enggan menerima hal baik. Ada orang bilang, jangan pernah bermain dengan hati. Karena dari mata turun ke hati, kemudian tak akan turun kembali. Akan ada sebuah rasa akan mengendap di dalam hati. Jika rasa itu baik dan di tujukan pada seseorang yang halal (suami atau istri) maka kebaikan akan terpancar secara lahiriah. Bukan sebuah melankolisme yang kini merajalela. Banyak pelajaran dari sekitar. Kenapa masih harus berpacaran?? Karena ingin ada teman yang selalu setia mendengar tiap keluh kesah?? Tak selamanya manusia bisa dengan rela mendengarkan keluhan manusia lainnya. Hanya Allah yang tak pernah berpaling untuk hambaNya. Bisa jadi secara fisik sang pacar rela mendengar dengan seksama, tapi dia juga manusia yang akan merasa bosan jika selalu di cecoki dengan berbagai keluhan. Malu di bilang jomblo?? Jika dengan jomblo kita bisa terbebas dari rasa yang terlarang, kenapa harus malu?? justru kita akan merasa nyaman bercengkerama dengan Allah karena sadar hati kita hanya patut di tujukan kepadaNya bukan yang lain. Justru kita harus bangga, di saat yang lain berlomba untuk melakukan hal terlarang tapi kita menjauhinya. Kemudian tak akan ada perasaan was was karena telah melanggar aturan Allah. Kita bebas berkumpul dengan kawan-kawan tanpa ada kekangan dari orang yang sesungguhnya tak memiliki kewenangan terhadap diri kita. Mungkin masih banyak lagi kesia-siaan dalam berpacaran. Dan sesungguhnya belum tentu sang pacar akan menjadi pasangan kita kelak. Pacaran ibarat minuman beralkohol, banyak yang mengelak bahwa dengan berpacaran mereka memiliki semangat baru dan sederet hal positif yang mereka kumandangkan. Tapi sama halnya dengan alkohol, maka manfaat yang di dapat jauh lebih kecil di banding kemudharatan yang di hasilkan. Karena segala sesuatu yang di larang Allah, pasti ada sebab dan manfaatnya. Kemudian ada yang berdalih, toh pacaran itu tidak merugikan orang lain. Tidak merugikan orang lain, namun hukum Allah jauh lebih baik untuk di ikuti ketimbang menurutkan hawa nafsu yang berakhir pada jurang kebinasaan. Kembali ke pernikahan, suatu kebaikan maka tak pantas jika di awali dengan keburukan. Allah tak akan ingkar janji, karena jodoh telah Allah tetapkan di Lauh Mahfuzh. Tinggal kita melakukan usaha yang baik, yang Allah ridhai. Supaya tiap langkah kita, hanya berisi keridhaan Allah dan mendapat keberkahanNya. Aamiin.

Nasihat Memilih Pasangan Hidup

Bismillah… Teringat dengan beberapa baris kata yang sering sekali terekam di dalam kepala, “Tak perlu menuntut yang sempurna, dan mempersulit keadaan yang sebenarnya sederhana. Sebab padamu juga kelemahan itu selalu ada. Yang benar adalah sempurnakanlah niat awal kita, jika ia penuh berkah dan ridha dari-Nya, maka titik kemuliaan menjadi seorang manusia, Insya Allah akan dimudahkan oleh Allah untuk ada dalam diri kita” Ada juga sebuah selentingan yang cukup “menggigit”, “Semakin banyak kriteria, semakin banyak syarat, semakin banyak keinginan.. maka bersiap-siaplah kecewa. Apa penyebabnya ? karena bisa jadi yang diharapkan tak seindah realita, yang disyaratkan tak sempurna dalam lakunya. Maka berharap menemukan seseorang dalam kesempurnaan hanya membuat yang sederhana menjadi rumit dan tak mudah untuk dicerna” Tentang penggalan kalimat kedua di atas. saya (lagi-lagi) teringat buku Serial Cinta-nya Anis Matta, di topik “Mengelola Ketidaksempurnaan” “Apa lagi ketampanan yang tersisa di dunia ini ketika telah dibagi habis kepada Nabi Muhammad SAW, dan Yusuf AS. Dan kecantikan yang telah disempurnakan kepada Sarah istri Ibrahim AS dan Khadijah RA Istri Rasulullah. Hingga pesona kebajikan pun telah direnggut habis oleh Utsman bin Affan dan keluruhan budi telah dimiliki secara purna oleh Aisyah RA” Lalu apa yang tersisa bagi kita manusia? Kita hanya terbagi sedikit (kalaupun ada) keshalihan-keshalihan para salafushalih yang telah hidup dalam cinta pada-Nya secara sempurna. Maka mengharap sebuah kesempurnaan pada seseorang, apalagi ukurannya adalah cantik, kaya, punya kedudukan, juga sangat shalih tanpa cela. Maka bersiap-siaplah kecewa serta bersiap-siaplah untuk terpasung dalam kerumitan. karena mencari satu dari sekian banyak pasangan jiwa dengan kriteria di atas, tak lebih hanya menyulitkan keadaan dan memperkecil kesempatan. Tapi ini soal SELERA? Ini soal pasangan jiwa yang akan kita punya seumur hidup kita? Kalau kita tak CINTA, kita tak TERTARIK.. bisa kacau akhirnya? Karena jawaban-jawaban inilah. Kita tengok saja hati-hati kita. Sebab jika NIAT Lillahi Ta’ala, maka kemuliaan pernikahan akan sangat jauh kedekatannya dengan nilai-nilai DUNIA. Ia hanya lekat dengan sebuah tujuan sederhana, “Menikah untuk membuatku lebih cinta pada-Nya, lebih tenteram beribadah kepada-Nya, menjaga kehormatan dan farj-ku dari kemaksiatan, dan menyempurnakan agamaku dan agamanya agar jauh lebih menghamba”. Jika ini terpasung kuat di dalam diri. Maka tambahan kriteria-kriteria lain yang lebih terkesan dunia, Insya Allah akan mulai mudah hilang dalam hitungan waktu yang berikutnya. Sebagai kalimat penutup, saya ingin menuliskan barisan kalimat sederhana berikut : “Ukurlah diri.. Berkacalah sedetail mungkin. Karena bisa saja CELA itu jauh lebih banyak dibanding kriteria yang telah diinginkan. Maka tanyalah pada hati yang jernih agar bisa memberi fatwa. Manakah patokan yang harus kau pakai. Jangan sampai hanya ukuran dunia yang menjadi tujuan kita” Allahu’alam Bishawab

Ketika Sabar Harus tak Terbatas

Di usia yang telah melewati angka 20 atau bahkan lebih dari itu, tak sedikit yang mengalami goncangan-goncangan hati bagi para jomblo (baca: single). Usia yang terbilang rawan menurut saya, dimana pada masa itu gejala ingin di cintai dan di sayangi sangatlah besar. Belum lagi melihat keadaan sekitar yang sangat membuat hati miris karena masih sendiri. Ya, fenomena pacaran. Bersyukur bagi mereka yang telah Allah pertemukan dengan pendamping hidupnya tanpa harus berjuang untuk melawan perasaan hati yang tak menentu menahan gejolak nafsu. Namun lain hal untuk mereka yang memang belum di takdirkan untuk segera menikah. Tapi yakinlah, bahwasanya Allah akan memberikan sesuatu yang kita butuhkan namun bukan yang kita inginkan. Jika keyakinan telah terpatri, Insya ALLAH hati akan merasa nyaman dengan segala keputusanNYA. Sebagai orang yang telah meyakini janji Tuhannya, hendaknya setelah itu jangan merusak keyakinan tersebut dengan perilaku yang dapat merubah keputusan ALLAH. Ketika telah yakin, hendaknya tak usah berlebihan dalam mencari pasangan misalnya dengan mengikuti pergaulan zaman sekarang, misalnya pacaran. Jika itu terjadi, apa gunanya keyakinan yang telah terbentuk di awal namun ternodai dengan nafsu dan kesabaran yang terbatas. Sederet janji ALLAH untuk mereka yang bersabar, balasannya adalah surga. Apalagi untuk menahan hawa nafsu, sebanding dengan pahala jihad. Karena jihad terbesar adalah menahan hawa nafsu. Ketika kesabaran menjadi terbatas dan hati telah yakin pada ketetapanNYA, maka menikah bisa menjadi solusinya. Meskipun secara kasat mata, kemampuan belum memadai namun janji ALLAH untuk memberikan kemudahan bagi seorang muslim yang melakukan kebaikan hendaknya tak perlu di ragukan. Namun jika telah maksimal berusaha dan belum menampakkan hasil, baiknya sabar harus tetap tak terbatas. ALLAH akan selalu mendengar doa hambaNYA. Bila bukan sekarang, mungkin belum saatnya, karena ALLAH Maha Tahu apa yang terbaik untuk hambaNYA. Jika hati terkadang rapuh atau merasa putus asa. Ingatlah bahwa ALLAH tak pernah ingkar janji, mungkin ada yang salah dengan diri kita dan selayaknya kita selalu berprasangka baik kepada ALLAH. Jangan pernah berhenti berusaha dan berdoa. Karena ALLAH akan selalu menggenggam doa dan mimpi para hambaNYA selama hambaNYA yakin dan mau berusaha mewujudkannya. Ketika ALLAH belum mengabulkan doa hambaNYA untuk bersanding dengan pasangan hidupnya. Hendaknya sikap istiqamah terus dimaksimalkan. Tetap menahan hawa nafsu. Karena bisa jadi saat penantian itulah kita benar-benar di uji seberapa pantasnya kita mendapatkan seseorang yang cocok untuk kita. Bukankah ALLAH telah berjanji, bahwa pria yang baik adalah untuk wanita yang baik dan sebaliknya. Tidak mudah memang menahan cobaan di usia yang rentan akan gejolak hati, namun jika kita bisa melewatinya dengan baik maka ALLAH akan memberikan balasan yang jauh lebih baik pula. Karena pada dasarnya ALLAH teramat sayang dengan kita, tak membiarkan kita jatuh ke dalam jurang dosa. Walaupun kadangkala kita sendiri yang menceburkan diri dengan sengaja ke jurang tersebut. ALLAH akan menolong kita, jika kita ingin di tolong dan ALLAH akan menjaga kita, jika kita ingin di jaga. Jangan bermain dengan api jika tak ingin terbakar. Cukup ALLAH sebagai penghibur hati di saat hati kita sedang sedih. Allahua’lam.

Jalani yang Tak Anda Ingini

Pepatah Arab mengatakan : Raih mimpimu, jalani yang tak Anda ingini, Anda tak akan meraih yang Anda inginkan hingga Anda siap menjalani hal-hal yang tidak Anda inginkan. Terdengar aneh mungkin. Siapa pun rasanya tidak ingin menjalani sesuatu yang tidak di sukai. Seseorang yang tak suka makanan pedas, akan marah atau menolak jika di berikan makanan pedas. Orang yang terbiasa dengan kipas atau AC akan merasa ketidaknyamanan manakala harus berada di ruang yang panas. Orang yang terbiasa dengan kehidupan yang mewah akan merasa terbebani jika suatu saat harus menghadapi kondisi yang sulit. Namun pada kenyataannya, kehidupan bukanlah suatu pertunjukan yang dimana kita berperan sebagai sutradara dengan berbagai macam adegan yang kita inginkan. Kita hanya berperan sebagai hamba dari Allah Rabb semesta alam. DIAlah yang mengatur berbagai macam takdir yang telah di sediakan untuk kita jalani. DIAlah sutradara dan produser dari sebuah pertunjukan dunia. Sebagai hamba, seringnya kita hanya menginginkan suatu adegan yang nyaman dan mudah. Tapi Allah sang sutradara tak inginkan kita lemah hanya dengan suatu kemudahan dan kenyamanan. Allah memberi kita airmata. Tentu sejatinya sebagai manusia kita menolak. Meskipun takdir harus tetap di jalani. Yakinlah, bahwa di balik skenario yang kadang terkesan “kejam” ada rahasia indah di balik semua itu. Karena Allah tak pernah menciptakan suatu kesia-siaan dunia ini melainkan ada hikmah yang terkandung di dalamnya. Allah memberi kita kesenangan dan kebahagiaan. Banyak orang yang menikmatinya bahkan lalai karenanya. Karena itu, Allah tak ingin hambaNya menjadi terlena dan lupa sehingga di berikannya suatu kesulitan agar hambaNya menjadi manusia yang bertaqwa dan tidak ingkar pada nikmat yang Allah berikan. Seorang murid, ia tak akan pernah merasakan tingkatan-tingkatan kelas sebelum ia melaksanakan peraturan dari sekolah yaitu mengikuti ujian. Ujian yang merupakan rangkuman dari semua mata pelajaran yang telah di sampaikan oleh sang guru. Ujian yang bukan untuk “menyiksa” seorang murid untuk memberi tekanan untuk belajar lebih giat tapi melihat seberapa besar kemampuan murid tersebut menerima hasil pelajaran yang di sampaikan gurunya selama beberapa bulan sebelumnya. Kemampuan murid satu dengan lainnya akan berbeda, sehingga nilai yang di hasilkannya pun berbeda. Tapi, ketika murid tersebut lulus dalam ujian maka otomatis ia akan menaiki jenjang kelas yang lebih tinggi. Seorang pendaki gunung, tak akan pernah menikmati keagungan Allah di puncak gunung sebelum ia rela untuk melelahkan diri mendaki medan terjal yang membutuhkan waktu tidak sebentar. Tapi memang segala perjuangan akan menjadi kenikmatan dan sesuatu yang tak terlupakan ketika sebuah puncak mampu di daki. Dan dalam sebuah perjalanan tersebut tersimpan banyak hikmah yang terkandung jika kita mau memikirkannya. Bagaimana kita mengasah empati kita untuk menghormati kawan yang tidak memiliki fisik kuat, sehingga mau tak mau kita harus ikhlas dan rela untuk tidak meninggalkannya sendiri. Mampu melatih diri dalam keterbatasan kehidupan di alam bebas. Mampu berbagi dengan sesama dalam hal apapun dan lain sebagainya. Seperti itulah kehidupan. Tak ada pengakuan iman tanpa ujian. Tak ada kesuksesan tanpa di sertai onak dan duri yang menjadikan kita strong dan fight terhadap kehidupan. Kesulitan, ketidaknyamanan, kesedihan, jatuh. Semua adalah bentuk cinta Allah kepada para hambaNya. Sesuatu yang sangat tidak kita inginkan tapi sebenarnya kita membutuhkannya. Bilamana kita mampu meraih mimpi kita, semua jatuh dan bangun yang telah kita alami akan menjadi suatu warna tersendiri yang tak akan pernah terlupa dan menjadikan diri kita menjadi pribadi kuat serta tetap rendah hati. Ketika saat ini kita berada di titik terendah, berbahagialah karena sejenak kita akan berjumpa dengan kesenangan atau mungkin mimpi kita semakin nyata terlihat. Sebaliknya jika kita sedang berada pada titik kenyamanan, jangan pernah merasa angkuh dan bersyukurlah serta tetap tawadhu’ sehingga jika sewaktu-waktu roda kehidupan berputar kita telah siap untuk menyambutnya dengan senyum. Semua mimpi manusia pasti akan berakhir pada kebahagiaan. Kebahagiaan yang hakiki. Ketika kita menyandarkan mimpi kita pada Allah dan siap pada segala ketentuanNya yang merupakan anak tangga menuju kesuksesan baik itu pahit atau manis, Insya Allah kita akan siap dan tawakal pada ketetapanNya.

Seuntai Nasihat

Ketika jiwa ini membaca pernyataan di bawah, ada perasaan enggan untuk menerimanya. Namun, harus diakui bahwa inilah realitanya. Sebuah statemen yang memang sebenarnya adalah indikator pembeda antara laki-laki dan perempuan. Dan sampai kapan pun indikator ini tetap ada, tak berubah. Dan kalaupun berubah, intensitas perubahannya tak akan seekstrim mutlak berubah. Wahai ukhti, mari kita simak dan pahami perbedaan kita dengan mereka (kaum Adam). Setelahnya, mari kita introspeksi diri. Bagian yang menghambat kedewasaan kita, hendaklah kita kurangi perlahan-lahan. Ana paham, untuk merubah suatu identitas atau karakter tidaklah mudah. Dan kita pun tak harus berafiliasi 360%. Jangan!! Jangan lakukan itu!! Mari kita telusuri setiap poin yang secara tidak langsung memperlihatkan nyata perbedaan kita dengan mereka. Laki-laki lebih terbiasa menggunakan logika. Sedangkan perempuan walaupun terkadang sebenarnya lebih pintar dari laki-laki tidak terbiasa menggunakan potensi akal. Ia terbiasa mengedapankan perasaannya. Laki-laki itu menganggap penting keahlian. Sedangkan perempuan tidak begitu memperhitungkan keahlian. Laki-laki mempunyai pola pikir untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan perempuan mempunyai pola pikir mengutarakan dan membicarakan masalah. Bukan untuk diselesaikan. Laki-laki cenderung menyelesaikan masalahnya dengan diam. Sedangkan perempuan menyelesaikannya dengan bercerita (curhat). Padahal laki-laki tidak suka dengan perempuan yang cerewet. Laki-laki merasa dicintai bila dipercaya dan diberi tanggung jawab. Sedangkan perempuan merasa dicintai jika merasa diperhatikan. Laki-laki kurang suka dengan ungkapan verbal. Sebaliknya perempuan menyukai ungkapan itu. Makanya jika ada suami tidak pernah berkata romantik kepada istrinya, sang istri langsung merasa bahwa ia tidak dicintai. Perempuan suka sekali memberi perintah walaupun si lelaki tidak memintanya. Sedangkan laki-laki merasa dihina jika diperintah oleh perempuan. Perempuan begitu mudahnya menangis. Sedangkan laki-laki perlu alasan yang kuat untuk menangis. Dalam lubuk hati laki-laki yang paling dalam ada keinginan untuk menjadi pahlawan bagi wanita sehingga dukunglah apa yang dilakukannya tetapi tidak terlalu banyak memberinya masukan atau saran. “Perempuan begitu mudahnya menangis. Sedangkan laki-laki perlu alasan yang kuat untuk menangis” Engkau tahu wahai kaum Adam, bahwa kami sangat suka menangis. Jika butiran itu hendak turun, kami tak akan mampu untuk menahannya. Dengan menahan mereka jatuh, sama saja kami menahan beban ini hilang. Mungkin aneh, tapi inilah kenyataannya. Setiap butiran kecil itu adalah wakil dari setiap beban yang kami pikul. Jika ia jatuh, maka beban itu pun jatuh. Seakan-akan mengalirnya butiran air kecil itu menjatuhkan segenap beban yang memberatkan punggung kami. Kami takkan pernah menghentikan tangisan itu hingga mata yang menghentikannya seiring dengan lepasnya beban perlahan-lahan. Hal demikian adalah kontradiksi kepribadian kita. Dan hendaknya kita pun dapat saling memahaminya, agar kelak kita dapat bersinergi dalam merekonstruksi suatu peradaban. Dan teruntuk ukhti-ukhti yang kucinta… Mari kita maksimalkan kapabilitas yang ada. Kita adalah tonggak peradaban. Perbedaan karakteristik kita dengan mereka adalah seni yang indah dalam warisan peradaban. Selemah apapun kita, kita tetap kuat. Bahkan mungkin lebih kuat dari mereka (kaum Adam). Karena ada hal yang kita miliki, namun tak dimiliki oleh mereka. Dan carilah itu di dalam diri kita masing-masing. Kemudian, tuangkan ia ke dalam peran kita sebagai seorang wanita. Sebagai pembawa kobaran semangat bagi mereka, yang selalu meneguhkan mereka. Jika engkau masih tetap tidak menyadari peran tersebut, maka ingatlah terus kiasan ini: “Banyak pria hebat menjadikan wanita sebagai sumber inspirasi dan motivasi yang tertinggi. Selalu ada perempuan kuat dibalik lelaki hebat. Entah itu berperan sebagai ibu, istri, kekasih, atau sahabat. Karena itu, ia dianggap sebagai tonggak –tonggak penyangga sebuah peradaban”. Karena ini adalah bukti bahwa kita sebagai seorang wanita memiliki peran yang strategis. Gapailah kemuliaan itu saudariku. Tentunya dengan kelembutan dan kerendahan dirimu.

Masa Depan Milik Kita

Ada rasa sedih ketika melihat dunia Islam saat ini. Di belahan dunia manapun umat Islam selalu jadi bulan-bulanan musuh-musuh Allah. Bahkan negeri yang memiliki umat Islam terbanyak pun terus menjadi sasaran empuk mereka. Belum lagi negeri Islam “Palestina” yang terkoyak oleh Zionis penjajah. Afghanistan, Irak, Somalia, Checnya dan bumi Islam lainnya. Tidak hanya itu, kesenjangan yang amat dalam antara dunia Islam dan bangsa-bangsa Arab dalam bidang ilmu dan teknologi. Seakan awan kelam terus menyelimuti dunia Islam. Ada apa sebenarnya yang terjadi dengan umat Islam? Kenapa sampai terjadi seperti ini. Bukankah dulu kita pernah menguasai sepertiga dunia. Di manakah saat ini generasi pasukan Muhammad Al Fatih yang menaklukkan kekuatan Romawi timur di Konstantinopel? Di manakah prajurit-prajurit Shalahuddin Al Ayyubi yang membebaskan Al Quds? Al Quds tengah menangis saat ini! Bukankah dulu barat belajar dengan kita umat Islam di Andalusia. Dulu mereka yang memadati bangku-bangku kuliah di universitas-universitas Islam di Cordova dan kota-kota lain di Andalusia. Bahkan barat tak pernah mengenal kemajuan sebelum bertemu dengan umat Muhammad begitu kata salah seorang filsuf Gustav Lobon. Berangkat dari rentetan yang kita paparkan di atas. Akankah semuanya menjadikan kita lesu dan lemah untuk menapaki jalan perjuangan yang begitu panjang ini? Jawabannya tentu “TIDAK!” Kalau kita renungi sejenak perjuangan para rasul dan anbiya dan salafunâ asshâleh, maka kita tidak akan menemukan rasa pesimisme sedikit pun dari perjuangan mereka. Seandainya saat-saat itu datang bisikan Iblis untuk lari dari medan perjuangan, maka mereka kembali secepatnya untuk memperbaharui asas perjuangan mereka. Mungkin kiat pernah mendengar ungkapan “Apabila malam semakin gelap, maka rasa dingin semakin menusuk badan. Itu pertanda bahwa fajar akan segera menyingsing. Kondisi umat Islam yang semakin parah menunjukkan bahwa kemenangan itu semakin dekat. Maka sebab itu, setidaknya ada tiga hal yang mesti kita renungkan kembali. Pertama: Dirasatu al Madhi (Belajar dari masa silam). Jika kita mengkaji Al Qur’an lebih dalam maka kita akan temukan banyak kisah-kisah kemenangan dan kehancuran. Tak ada salahnya kita belajar dari sejarah. Apa saja faktor-faktor kebangkitan umat. Sehingga Islam akan kembali menjadi sokoguru peradaban dunia. Lihatlah misalnya Shalahuddin Al Ayyubi, tatkala malam tiba ia selalu memeriksa para jundi-nya. Jika ia menemukan mereka tengah khusyuk qiyamullail, beliau mengikrarkan: “Min Huna Ya’ti An Nashru” (Dari sinilah datang kemenangan). Kedua: Tarsyidu al Hadhir (Menata strategi sekarang juga). Setelah mempelajari sebab-sebab kemenangan dan kekalahan. Kita tak hanya berhenti di situ. Tapi segera bergerak dalam menata strategi. Mencetak pribadi-pribadi yang siap terjun ke medan laga. Mempersiapkan generasi-generasi pejuang yang mampu meneteskan air mata ketika manusia tertawa sepenuh mulutnya. Ketiga: Istinaratu al mustaqbal (Pencerahan masa depan). Kebanyakan kita masih sibuk dengan masalah-masalah sepele yang tak ada hubungannya dengan kemajuan umat. Dalam hal ini Ustadz Anis Matta pernah mengatakan:”Kita masih bicara konspirasi asing, dan belum bicara sistem pertahanan dakwah. Kita masih bicara fiqhul ikhtilâf, dan belum bicara manajemen organisasi. Kita masih bicara sabar dalam menyiasati keterbatasan dana, dan belum bicara cara menciptakan ke-berkecukupan dana. Kita masih bicara apa yang kita inginkan, dan belum bicara sumber daya yang diperlukan untuk mencapainya. Selama pusat perhatian pikiran kita belum bergeser ke masalah penciptaan sumberdaya-sumberdaya, selama itu kita akan mengalami kemunduran dan keterpurukan”. Ikhwati fillah… Sunnatullah telah menggariskan akan selalu ada di setiap ruang dan waktu sekelompok umat Islam yang memperjuangkan tegaknya panji Allah di muka bumi. Tidak lekang dengan ancaman orang-orang yang menghinakannya. Dan mereka tetap komitmen sampai datang kepastian Allah, Kesyahidan atau kemenangan.

DAFTAR BEBERAPA PRODUK MAKANAN HARAM ATAU DIRAGUKAN KEHALALANNYA BERDASARKAN SYARIAT ISLAM

Saat ini, di pasaran banyak beredar produk (dan bahan baku penyusun) makanan, obat, kosmetika yang diragukan kehalalannya menurut syariat Islam. Apabila mengacu pada beberapa ayat dalam Kitab Suci Al Qur’an (QS. 2 : 219, 2 : 172-173, 5 : 3, 5 : 90, dll) dan Hadis Nabi SAW, maka beberapa di antaranya dipastikan jelas-jelas haram. Beberapa produk dan atau bahan baku (ingredient) penyusun produk makanan, obat, dan kosmetika tersebut di antaranya adalah : 1. Ang ciu Ang ciu sering sekali dipakai dalam mengolah Sea Food (masakan ikan), Chinese Food (masakan Cina), Japanese Food (masakan Jepang), Bakmi ikan, Bakso ikan, dll. Ang ciu ini bermanfaat untuk menghilangkan bau amis pada masakan ikan sekaligus mampu mempertahankan aroma ikannya. Istilah dalam bahasa Inggris untuk ang ciu ini bermakna Red Wine dan dalam bahasa Indonesia berarti anggur merah/arak merah. Oleh karena merupakan arak (wine), maka dipastikan ang ciu ini haram dikonsumsi oleh orang Islam. Produk lain yang memiliki fungsi mirip ang ciu adalah arak putih, arak mie, dan arak gentong. 2. Emulsifier E471 Emulsifier banyak jenisnya. Yang cukup terkenal dan sering dipakai adalah Lesitin dan E-number (Exxx). Telah diketahui oleh banyak ilmuwan di bidang peternakan, bahwa E471 adalah emulsifier yang berasal dari Babi. Hal ini insya Allah dapat diketahui (dianalisis) dengan menggunakan analisis PCR. Analisis ini cukup efektif dalam mendeteksi kandungan babi dalam suatu bahan. Hampir dapat dipastikan apabila suatu bahan makanan mengandung babi, maka tidak akan dapat lolos karena yang dideteksi adalah DNA babi. 3. Lesitin Lesitin merupakan salah satu bahan pengemulsi makanan. Bahan ini dapat berasal dari bahan nabati (tumbuhan) dan dapat pula dari bahan hewani. Bahan nabati yang paling sering dipakai dan disukai karena kualitasnya adalah kedelai, sehingga digunakan istilah Soy Lechitine atau Soya Lechitine (Soja Lechitine). Bahan hewani yang paling sering dipergunakan adalah dari babi. Di samping karena kualitasnya yang paling baik, juga karena harganya relatif murah. Hasil produk makanan yang menggunakan lesitin babi sangat bagus, rasanya gurih, nikmat, teksturnya lembut/lunak, dll. Oleh karena teknologi makanan (bakery, dll) sudah sedemikian maju, maka apabila lesitin yang dipakai oleh suatu perusahaan berasal dari kedelai, maka mereka tidak akan mau ambil resiko produknya tidak akan laku dijual (dihindari konsumen muslim dan para vegeterian). Untuk itu, apabila mereka menggunakan kedelai, maka akan langsung mencantumkan identitas ‘kedelai’ untuk mendampingi lesitin. Sehingga berhati-hatilah bila kita menjumpai suatu produk yang hanya ditulis ‘lesitin’ saja, tanpa embel-embel soja, soy, atau soya, karena bisa jadi lesitin tersebut berasal dari babi. 4. Rhum Rhum adalah salah satu derivat alkohol yang dapat digolongkan dalam kelompok khamr. Rhum sering sekali terlibat dalam proses pembuatan roti (bakery). Jenis rhum yang paling sering dipergunakan adalah rhum semprot dan rhum oles (Toffieco, Jamaica, dll). Rhum amat sering pula dipakai dalam pembuatan roti Black Forest. Di toko bahan roti, nama rhum ini sedemikian harum, seharum baunya yang menyengat, sebagaimana umumnya bahan lain yang berasal dari alkohol. Oleh karena termasuk dalam kategori khamr, maka umat Islam dilarang menggunakan rhum ini. 5. Lard Lard adalah istilah khusus dalam bidang peternakan untuk menyebutkan lemak babi. Bahan ini serig sekali dimanfaatkan dalam proses pembuatan kue/roti karena mampu membuat roti/kue menjadi lezat, nikmat, renyah, lentur, dll. Oleh karena merupakan bahan yang berasal dari babi, maka secara otomatis Lard ini dihukumi haram. Di Australia, salah seorang dosen senior di Fakultas Peternakan UGM pernah menemukan tulisan Lard dengan huruf Arab. Akan tetapi, tentunya meskipun ditulis dengan huruf Arab, tidak serta merta menjadi Lard ini halal. 6. Kuas Bulu Putih (Bristle) BPS melaporkan bahwa pada periode Januari – Juni 2001, Indonesia mengimpor “Boar Bristle dan Pig/Boar Hair” sejumlah 282,983 ton atau senilai $ USD 1.713.309. Apa yang menarik? Sekadar tahu, Anping adalah perusahaan yang memiliki sejarah 400 tahun dalam memproses bristle dan bulu ekor hewan. Perusahaan ini merupakan pusat distribusi terbesar bulu ekor hewan di utara Cina. Disebutkan, sekitar 50.000 orang lebih yang bergabung dalam proses produksinya dan memiliki lebih dari 1.000 workshop yang menyebar di berbagai negara. Kata kunci yang menunjukkan identitas kuas putih ini adalah tulisan Bristle pada gagang kuas, yang dalam Kamus Webster berarti Pig Hair (bulu babi). Berdasarkan hasil survei Tim Jurnal Halal, maka untuk membedakan apakah bulu kuas yang kita pergunakan berasal dari bulu/rambut babi atau yang lain dilakukan dengan cara yang sangat mudah dan sederhana. Bulu binatang mengandung suatu protein yang disebut KERATIN. Keratin merupakan salah satu kelompok protein yang dikenal sebagai protein serat. Sebagaimana halnya protein, maka rambut/bulu yang mengandung keratin saat dibakar akan menimbulkan bau yang khas. Bau khas tersebut sama ketika kita mencium aroma daging yang dipanggang. Sementara bila kuas itu terbuat dari ijuk, sabut, atau plastik, maka pasti tidak akan mengeluarkan aroma spesifik selain bau abu pembakaran. Ketika dibandingkan dengan sapu ijuk dibakar jelas sekali terdapat perbedaan bau yang sangat kentara. Karena terbuat dari bulu babi, maka kuas tersebut najis, sehingga bila dipergunakan untuk mengoles roti, maka roti tersebut terkena najis. Singkatnya, benda najis hukumnya haram dimakan. 7. Alkohol (dan derivatnya) dalam obat Beberapa macam obat (influenza) yang tercatat menggunakan alkohol atau derivatnya (turunannya,seperti : ethanol, dll) adalah Vicks : Vicks Formula 44, OBH : OBH Combi Plus, Woods, Benadryl, Actifed, Tonikum Bayer. 8. Urine dan Organ Dalam Komisi Fatwa MUI Pusat mengeluarkan Fatwa Munas No. 2 Tgl. 30 Juli 2000 pada Munas VI – Majelis Ulama Indonesia Tahun 2000 di Jawa Barat bahwa urine, keringat, darah, dan organ tubuh yang telah keluar dari tubuh manusia haram dikonsumsi kembali. Selain itu, seluruh organ tubuh manusia haram dipakai dalam pembuatan makanan, obat, dan kosmetika. 9. Daging dan Jerohan Impor Hati-hati ketika membeli produk daging beku di supermarket (mall, dll). Sebelum membeli daging, hendaklah kita tanyakan pada penjual (penjaga/pramuniaganya), dari manakah daging beku tersebut berasal. Pemerintah negara Swizerland tidak mengijinkan Syariat Islam maupun Yahudi dalam penyembelihan ternak diterapkan. Untuk itu, karena ternak (sapi, kambing, dll) tidak disembelih sebagaimana Syariat Islam, maka daging tersebut menjadi haram dimakan. Lain hal dengan New Zealand (Selandia Baru). Di negara tersebut Syariat Islam dalam penyembelihan telah ditegakkan. Namun sayangnya, seringkali jerohannya tidak terawasi dengan baik dan sering bercampur dengan produk haram. 10. Cokelat Impor Ketika kita mendapatkan oleh-oleh cokelat dari teman yang pulang dari luar negeri terkadang kita sering terlalu senang dan kurang berhati-hati. Tanpa membaca ingredients-nya (bahan baku), maka kita sering langsung menyantapnya. Tentunya bukan cokelatnya yang diharamkan! Akan tetapi, seringkali di beberapa negara di Eropa dan Amerika, produsen pembuat cokelat sering mencampurkan alkohol, brendy, dll. Padahal kesemuanya itu jelas termasuk dalam kelompok khamr yang diharamkan bagi umat Islam. Untuk itu, apabila kita temukan dalam daftar ingredients-nya ada bahan yang haram, maka selaku umat Islam yang taat pada Syariat Islam, maka makanan tersebut harus kita tinggalkan (tidak kita santap). 11. Roti Black Forest Mutiara Dahlia, M.Kes, dosen program Tata Boga Universitas Negeri Jakarta, dalam resep standarnya, penggunaan rhum memang tak dapat dielakkan. Black Forest merupakan jenis kue yang menggunakan rhum dalam kadar paling tinggi dibandingkan jenis kue lainnya, yaitu sekitar 50 cc. 12. Plasenta Dalam Kosmetik Kosmetik La-Tulipe produksi PT. Rembaka – Sidoarjo, Jawa Timur dan Musk by Alyssa Ashley menggunakan plasenta manusia. Plasenta (organ dalam) manusia HARAM dipergunakan sebagai bahan kosmetika (lihat Bab Urine dan Organ Dalam).

Kamis, 12 Januari 2012

Pria Berbakti Kepada Orang Tua dan Istri Berbakti Kepada Suami

Banyaknya perceraian terjadi karena istri / suami tidak menyadari posisi masing2. Begitu pula kadang istri kurang menghormati ibu mertuanya sehingga bisa konflik bukan hanya dengan suami, tapi juga dengan ibu mertuanya. Padahal Islam sudah mengatur posisi masing-masing. Ibarat tentara, Ada Jendral, ada Kapten, dan ada Kopral. Kopral harus menghormati Kapten dan Kapten harus menghormati Jenderal. Sehingga ada keteraturan. Sebaliknya kalau semua merasa jenderal, maka yang ada kekacauan. Meski demikian Islam juga mengajarkan agar pemimpin tidak sewenang-wenang dan menyayangi orang yang dipimpinnya. Seorang suami misalnya punya kewajiban menafkahi secara lahir dan batin pada keluarganya. Dalam Islam ketaatan ditujukan kepada Allah, kemudian kepada Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad SAW. Setelah itu, seorang pria harus berbakti kepada ibunya. Setelah itu pada ayahnya. Sebaliknya seorang istri wajib berbakti kepada suaminya. Tidak cepat seorang istri mengatur-ngatur suami bahkan membuat suaminya takut kepada istri. Berikut hadits-hadits tentang itu. Seorang pria harus berbakti pada ibunya: Hadis riwayat Abu Hurairah ra., Ia berkata: Seseorang datang menghadap Rasulullah saw. dan bertanya: Siapakah manusia yang paling berhak untuk aku pergauli dengan baik? Rasulullah saw. menjawab: Ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab: Kemudian ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab: Kemudian ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab lagi: Kemudian ayahmu. (Shahih Muslim No.4621) Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra., Ia berkata: Seseorang datang menghadap Nabi saw. meminta izin untuk ikut berperang. Nabi saw. bertanya: Apakah kedua orang tuamu masih hidup? Orang itu menjawab: Ya. Nabi saw. bersabda: Maka kepada keduanyalah kamu berperang (dengan berbakti kepada mereka). (Shahih Muslim No.4623) Ada pun seorang istri harus berbakti pada suaminya. Sebab pada ijab-qabul, maka ayah mempelai wanita sebagai wali telah menyerahkan anaknya kepada sang suami. Seorang istri harus berbakti pada suaminya: Seorang istri yang ketika suaminya wafat meridhoinya maka dia (isteri itu) akan masuk surga. (HR. Al Hakim dan Tirmidzi) Allah Swt kelak tidak akan memandang (memperhatikan) seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya meskipun selamanya dia membutuhkan suaminya. (HR. Al Hakim) Hak suami atas istri adalah tidak menjauhi tempat tidur suami dan memperlakukannya dengan benar dan jujur, mentaati perintahnya dan tidak ke luar (meninggalkan) rumah kecuali dengan ijin suaminya, tidak memasukkan ke rumahnya orang-orang yang tidak disukai suaminya. (HR. Ath-Thabrani) Tidak sah puasa (puasa sunah) seorang wanita yang suaminya ada di rumah, kecuali dengan seijin suaminya. (Mutafaq'alaih) Tidak diizinkan seorang wanita memberikan kepada orang lain dari harta suaminya kecuali dengan ijin suaminya. (HR. Ahmad) Nabi bersabda: "Tidak diizinkan manusia sujud kepada manusia, dan kalau diizinkan manusia sujud kepada manusia, aku akan memerintahkan wanita sujud kepada suaminya karena besarnya jasa (hak) suami terhadap istrinya. (HR. Ahmad) Tak jarang seorang istri menganggap hina suaminya karena dia lebih kaya dari suaminya. Penghasilannya lebih besar dari suaminya. Padahal itu tidak baik. Siti Khadijah meski ia lebih kaya dari suaminya, namun tetap menghormati dan menyayangi suaminya. Meski seorang suami berkewajiban memberi nafkah untuk istrinya, namun di zaman sekarang ini banyak suami yang menganggur. Mereka tak dapat pekerjaan. Meski seorang istri berhak minta cerai, namun ada istri yang tetap sabar. Meski suaminya menganggur bertahun-tahun, namun dia tetap sabar. Sebagai gantinya justru dia yang bekerja menghidupi keluarganya. Meski ada pertengkaran, namun secara keseluruhan istrinya tetap sabar dan terus memotivasi suaminya sehingga suaminya tetap semangat dan tidak putus asa. Akhirnya suaminya pun dapat bekerja dengan gaji yang tidak kalah besar dengan istrinya sehingga bisa menafkahi keluarganya. Itu jauh lebih baik ketimbang bercerai.

Jangan Pelit, Kikir, atau pun Bakhil

Siapa sih yang suka pada orang pelit, kikir, medit, bin bakhil? Jangankan orang lain, orang pelit sendiri belum tentu suka pada orang pelit lainnya. Bayangkan saat dia lapar dan ada orang lain dengan banyak makanan, tapi tak mau membaginya barang sedikit pun. Jangankan manusia, Allah pun benci pada orang yang pelit. Bakhil alias Kikir alias Pelit alias Medit adalah satu penyakit hati karena terlalu cinta pada harta sehingga tidak mau bersedekah. Tapi memang pada umumnya manusia itu memang pelit/kikir: “Katakanlah: “Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya.” Dan adalah manusia itu sangat kikir.” [Al Israa’ 100] Oleh karena itu, kita hendaknya mempelajari firman Allah dan sabda Nabi kita agar bisa terhindar dari penyakit kikir. “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Ali ‘Imran 180] Padahal segala harta kita termasuk diri kita adalah milik Allah. Saat kita lahir kita tidak punya apa-apa. Telanjang tanpa busana. Saat mati pun kita tidak membawa apa-apa kecuali beberapa helai kain yang segera membusuk bersama kita. Sesungguhnya harta yang kita simpan itu bukan harta kita yang sejati. Saat kita mati tidak akan ada gunanya bagi kita. Begitu pula dengan harta yang kita pakai untuk hidup bermegah-megahan seperti beli mobil dan rumah mewah. “Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya. Dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya. Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta” [Al ‘Aadiyaat 6-8] “Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa” [Al Lail 8-11] Yang justru jadi harta yang bermanfaat bagi kita di akhirat nanti adalah harta yang kita belanjakan di jalan Allah atau disedekahkan. Harta tersebut akan jadi pahala yang balasannya adalah istana surga yang luasnya seluas langit dan bumi. “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” [Al Hadiid 7] “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” [Al Hadiid 21] Banyak orang kikir enggan bersedekah karena takut berkurang hartanya. Takut miskin. Padahal itu adalah godaan setan: “Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.” [Al Baqarah 268] Kita memang tidak boleh terlalu boros. Tapi juga tidak boleh terlalu kikir. Jadi harus pertengahan: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” [Al Furqaan 67] “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” [Al Israa’ 29] Allah tidak suka dengan orang-orang yang kikir: “(yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” [Al Hadiid 24] Allah mengancam orang-orang yang kikir dengan neraka: “Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung (kikir). dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan yang (membakar) sampai ke hati.” [Al Humazah 1-7] “Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini.” [Muhammad 38] Pelit dari bersedekah di jalan Allah baik untuk perjuangan mau pun dakwah syiar Islam merupakan satu ciri dari orang munafik: “Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.” [At Taubah 67] Tips Agar Terhindar dari Sifat Kikir Allah memberi kita petunjuk agar terhindar dari sifat pelit. Di antaranya adalah mengerjakan shalat, bersedekah, yakin akan hari pembalasan sehingga dia tahu jika kikir dapat siksa neraka sedang jika bersedekah mendapat surga, memelihara kemaluan, dan memelihara amanah: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan salat, yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya). Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. Dan orang-orang yang memelihara salatnya. Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan.” [Al Ma’aarij 19-35]

Perbandingan Agama Yahudi, Kristen, dan Islam

Agama Samawi ada 3, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Saya akan coba membandingkan ketiga agama ini dengan memakai referensi dari Al Qur’an, Alkitab, dan juga beberapa ensiklopedi yang ada. Ketiga agama ini mempunyai beberapa kesamaan seperti percaya Adam adalah manusia pertama dan nenek moyang seluruh manusia, Ibrahim adalah seorang Nabi, dan kitab suci Taurat sebagai wahyu Allah. Meski demikian ada juga perbedaan yang beberapa di antaranya sangat mendasar. Yahudi adalah agama tribal/kesukuan yang hanya bisa dianut oleh bangsa Yahudi. Agama ini tidak bisa disebarkan ke luar dari suku Yahudi. Oleh karena itu jumlahnya tidak berkembang. Hanya sekitar 14 juta pemeluknya di seluruh dunia. Sementara agama Kristen dan Islam karena disebarkan ke seluruh manusia dipeluk oleh milyaran pengikutnya. Ketuhanan Yahudi dan Islam menganggap Tuhan itu Satu. Tuhan Yahudi disebut Yahweh yang merupakan bentuk ketiga tunggal ”Dia adalah” (He who is). Ada pun Tuhan dalam Islam disebut Allah yang merupakan bentuk tunggal dan tertentu dari Ilah (Sembahan/Tuhan). Dalam Al Qur’an surat Al Ikhlas dijelaskan tentang keEsaan Tuhan: Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia”. [Al Ikhlas:1-4] Sebetulnya dalam Alkitab keEsaan Tuhan juga dijelaskan dalam 10 Perintah Tuhan yang ada di Exodus 20: Lalu Allah mengucapkan segala firman ini: “Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. [Exodus 20:1-3] Tapi meski dalam Yahudi dan juga Islam Tuhan itu adalah Satu termasuk zatNya, namun dalam agama Kristen ada doktrin Trinitas yang menyatakan bahwa Tuhan terdiri dari 3 oknum (person) yaitu Bapak, Anak, dan Roh Kudus yang diformulasikan pada abad ke 4 M oleh Saint Augustine. Dalam konsep Trinitas disebut Satu itu Tiga dan Tiga itu Satu. Trinitas/Triniti/Tritunggal terdiri dari 2 kata: Tri artinya Tiga dan Unity artinya Satu. Berbeda dengan Al Qur’an surat Al Ikhlas yang menyatakan Tuhan tidak beranak atau diperanakkan (berbapak) di Alkitab disebut: Allah, yaitu Bapa dari Yesus, Tuhan kita, yang terpuji sampai selama-lamanya, tahu, bahwa aku tidak berdusta” [2 Corinthian 11:31] Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan [2 Corinthian 1:3] Di ayat di atas jelas disebut Allah adalah Bapa dari Tuhan Yesus. Sebaliknya dalam Islam diajarkan Monoteisme yang mutlak/Tauhid bahwa Allah itu satu dan tidak punya anak atau pun sekutu: “Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” [Al Israa:111] Maha Suci Allah dari mempunyai anak dan sekutu. “Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,” [Al Mu’minuun] Masalah Isa/Yesus Kaum Yahudi tidak mengakui Yesus baik sebagai Tuhan atau pun sebagai Rasul. Bahkan mereka berusaha membunuh Yesus karena dianggap menyesatkan banyak orang. Sebaliknya kaum Kristen menganggap Yesus adalah Tuhan: Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian [2 Corinthian 13:14] Islam menganggap Yesus bukan Tuhan, tapi hanya manusia biasa yang diangkat menjadi Nabi: ”Dan ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?.” Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib.” [Al Maa’idah:116] Menurut Islam Isa adalah Nabi yang menyeru manusia kepada Tauhid, yaitu menyembah hanya Satu Tuhan: ”Aku (Isa) tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” [Al Maa’idah:117] Masalah Orang Tua Isa/Yesus Sebagaimana ayat-ayat Alkitab di atas, agama Kristen menganggap bahwa Yesus adalah anak Tuhan / Anak Allah. Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.[Markus 1:1] Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya [Lukas 1:32] Meski demikian, pada Injil Matius 1:16-18 disebut bahwa Bapak Yesus adalah Yusuf meski Yesus lahir dari Perawan Maria sebelum menikah dengan Yusuf: Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus. Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. [Matius 1:16-18] Silsilah Yesus akhirnya mengikuti silsilah Yusuf. Bukan Maria. Di ayat lain dijelaskan Yesus anak Daud, anak Abraham: Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. [Matius 1:1] Yesus Anak Manusia: Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.” [Matius 12:8] Menurut Islam, Yesus adalah anak Maria / Maryam. Bukan anak Tuhan atau Yusuf: “Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan seperti manusia lainnya. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami, kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling. [Al Maa’idah:75] Kekuasaan Allah Di Alkitab, Genesis 32:25-28 disebutkan Yakub berkelahi melawan Allah sejak malam hingga fajar menyingsing. Karena Allah tak dapat mengalahkan Yakub, maka Allah memukul sendi pangkal paha Yakub dan berkata bahwa Yakub telah melawan Allah dan Manusia dan Yakub menang. Adakah ini artinya Allah kalah melawan Yakub?: Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing. Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu. Lalu kata orang itu: “Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing.” Sahut Yakub: “Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku.” Bertanyalah orang itu kepadanya: “Siapakah namamu?” Sahutnya: “Yakub.” Lalu kata orang itu: “Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.” [Genesis 32:24-28] Dalam Injil Matius diceritakan bagaimana Tuhan Yesus ditangkap, diludahi, dan dipukul oleh manusia: 27:27 Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. 28 Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. 29 Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: “Salam, hai Raja orang Yahudi!” 30 Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya. 31 Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan.[Matius 27:27-31] Dalam Islam disebut bahwa jangankan seorang Yakub. Seluruh manusia pun Allah yang Maha Kuasa dapat memusnahkan dengan mudah! “Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.” [Faathir:16-17] “Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain. “ [Al An’aam:133] Kemandirian Tuhan Dalam Injil Matius diceritakan bagaimana Yesus mengeluh dengan suara nyaring: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?: Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? [Matius 27:46] Dalam Al Qur’an dijelaskan Allah bukanlah orang yang hina yang perlu penolong: Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya. “ [Al Israa’:111] Sifat Maha Tahu Tuhan Dalam Alkitab, Injil Markus 11:12-13 diceritakan Tuhan Yesus yang merasa lapar ternyata tidak tahu kalau pohon Ara tidak berbuah karena memang bukan musimnya: 11:12 Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar. 13 Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. [Markus 11:12-13] Dalam Islam, disebut bahwa Allah itu Maha Tahu. Bahkan tak ada sehelai daun pun yang jatuh ke bumi tanpa diketahuiNya: “Dan pada sisi Allah-lah kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” [Al An’aam:59] Tidurkah Tuhan? Dalam Injil Matius 8:24 diceritakan Yesus tidur: Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur. [Matius 8:24] Menurut Islam, Tuhan Maha Kuasa. Tidak pernah mengantuk dan juga tidak pernah tidur: “Allah, tidak ada Tuhan selain Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya; tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” [Al Baqarah:255] Larangan Membuat Patung Dalam 10 Perintah Tuhan di Exodus 20:4-5 Allah melarang manusia membuat patung apa pun: 20:4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. 5 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku [Exodus 20:4-5] Namun saat ini ummat Kristen membuat banyak patung Yesus dan Bunda Maria yang ditaruh di berbagai tempat terutama di Gereja. Dalam Islam dilarang membuat patung apalagi menaruhnya di tempat ibadah. Aisyah r.a. berkata, “Ketika Nabi sakit, ada sebagian di antara istri beliau menyebut-nyebut perihal gereja yang pernah mereka lihat di negeri Habasyah yang diberi nama gereja Mariyah. Ummu Salamah dan Ummu Habibah pernah datang ke negeri Habasyah. Kemudian mereka menceritakan keindahannya dan beberapa patung yang ada di gereja itu. Setelah mendengar uraian itu, beliau mengangkat kepalanya, lalu bersabda, “Sesungguhnya mereka itu, jika ada orang yang saleh di antara mereka meninggal dunia, mereka mendirikan tempat ibadah di atas kuburnya. Lalu, mereka membuat berbagai patung di dalam tempat ibadah itu. Mereka adalah seburuk-buruk makhluk di sisi Allah pada hari kiamat.” [HR Bukhari] Kitab Suci Kitab Suci Yahudi meski juga dikutip sebagai Perjanjian Lama oleh kaum Kristen tetap ada beberapa perbedaan mendasar. Selain itu bahasa Kitab Suci Yahudi sebagian besar bahasa Ibrani dengan sedikit Aramaic. Sementara Perjanjian Lama Kristen dalam bahasa Yunani kuno. Ada tambahan 7 buku yang aslinya dalam bahasa Yunani di Perjanjian Lama Kristen. Ada pun Injil yang resmi ada 4 versi yang berbeda. Masing-masing ditulis oleh Markus, Mathius, Lukas, dan Yohanes. Penulisan dilakukan sekitar tahun 70 hingga 100 Masehi sekitar 40 tahun setelah Yesus wafat (diperkirakan tahun 29 M). Sebagai contoh Lukas menulis Injil yang ditujukan kepada seseorang yang disebut Teofilus: 1:1 Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, 2 seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. 3 Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, 4 supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar. [Lukas 1:1-4] Lukas kadang hanya mengira-ngira seperti Yesus umurnya kira-kira 30 tahun ketika memulai pekerjaanNya serta memakai kata “Anggapan Orang”: Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli, [Lukas 3:23] Jika bahasa Yesus adalah bahasa Aramaic, bahasa Perjanjian Baru aslinya adalah bahasa Yunani. Sebaliknya Al Qur’an hanya ada satu versi yang dihafal oleh banyak orang dan masih murni dalam bahasa Arab sesuai bahasa Nabi Muhammad. Kalau bukan dalam bahasa Arab itu tak lebih dari terjemahan saja. Bukan Al Qur’an: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya Al Quran pada malam kemuliaan” [Al Qadr:1] “Kitab[ Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” [Al Baqarah:2] Al Qur’an diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad. Oleh Nabi Muhammad disampaikan ke pengikutnya. Para pengikutnya ada yang menghafal, ada pula yang menulis di berbagai media (daun, tulang, kulit kambing/onta, dsb). Oleh pengikutnya Abu Bakar kemudian Al Qur’an dijadikan satu. Kemudian oleh sahabat Nabi Usman dijadikan satu buku berikut diberi tanda tulisan (panjang pendek, dsb) sehingga pengucapannya sesuai dengan aturan Bahasa Arab yang standar. Kewajiban Sunat Bagi Pria Dalam ajaran Yahudi dan Islam, sunat bagi pria diwajibkan. Ini sejalan dengan Alkitab: GEN 17:10 Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat; 11 haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu. 12 Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu.13 Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal. 14 Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku.” [Genesis 17:10-14] Orang yang tidak bersunat sama dengan najis (Isaiah) karena air kencingnya tetap tersimpan di sela-sela kulit kemaluan: IS 52:1 Terjagalah, terjagalah! Kenakanlah kekuatanmu seperti pakaian, hai Sion! Kenakanlah pakaian kehormatanmu, hai Yerusalem, kota yang kudus! Sebab tidak seorangpun yang tak bersunat atau yang najis akan masuk lagi ke dalammu. Namun orang-orang Kristen tidak melakukan itu karena menurut Paulus dalam Perjanjian Baru hukum itu dihapuskan (Meski di Genesis 17:10 dinyatakan itu perjanjian yang kekal): ROM 2:25 Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi gunanya. 26 Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan tuntutan-tuntutan hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah disunat? 27 Jika demikian, maka orang yang tak bersunat, tetapi yang melakukan hukum Taurat, akan menghakimi kamu yang mempunyai hukum tertulis dan sunat, tetapi yang melanggar hukum Taurat. 28 Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. 29 Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah. 3:1 Jika demikian, apakah kelebihan orang Yahudi dan apakah gunanya sunat? [Roman 2:25-29 – 3:1] Larangan Memakan Daging Babi Dalam ajaran Yahudi dan Islam diharamkan memakan daging babi. Ini sesuai dengan Alkitab Levi dan Deuteronomy 14:8: LEV 11:7 Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. 8 Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan bangkainya janganlah kamu sentuh; haram semuanya itu bagimu. [Levi 11:7-8] Dalam Al Qur’an juga dilarang: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang ketika disembelih disebut nama selain Allah” [Al Baqarah:173] Tapi saat ini babi adalah makanan yang umum di kalangan Kristen. Dosa Asal / Warisan Dalam Kristen dikenal doktrin Dosa Asal / Dosa Warisan (Original Sin). Karena Adam telah berdosa memakan buah terlarang, maka semua manusia keturunannya turut berdosa. Untuk itulah Yesus turun guna menebus dosa manusia. Dalam Exodus 20:5 dijelaskan Allah membalas kesalahan Bapa hingga kepada keturunannya: “Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku” [Exodus 20:5] Dalam Islam, setiap orang hanya memikul dosa masing-masing: “Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain…” [Al An’aam:164] Fitnah atas Nabi Luth (Lot) Dalam Alkitab, Genesis 19:30-38 diceritakan bahwa Nabi Luth (Lot) berzinah dengan kedua anak kandungnya (Incest) sehingga punya anak dari mereka: GEN 19:30 Pergilah Lot dari Zoar dan ia menetap bersama-sama dengan kedua anaknya perempuan di pegunungan, sebab ia tidak berani tinggal di Zoar, maka diamlah ia dalam suatu gua beserta kedua anaknya. 31 Kata kakaknya kepada adiknya: “Ayah kita telah tua, dan tidak ada laki-laki di negeri ini yang dapat menghampiri kita, seperti kebiasaan seluruh bumi.32 Marilah kita beri ayah kita minum anggur, lalu kita tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita.” 33 Pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu masuklah yang lebih tua untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun. 34 Keesokan harinya berkatalah kakaknya kepada adiknya: “Tadi malam aku telah tidur dengan ayah; baiklah malam ini juga kita beri dia minum anggur; masuklah engkau untuk tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita.” 35 Demikianlah juga pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu bangunlah yang lebih muda untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun. 36 Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka. 37 Yang lebih tua melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab; dialah bapa orang Moab yang sekarang. 38 Yang lebih mudapun melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ben-Ami; dialah bapa bani Amon yang sekarang.” [Genesis 19:30-38] Dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Luth adalah benar-benar seorang Rasul yang bersih dari perbuatan dosa seperti meminum anggur atau pun berzinah dengan putrinya sendiri: Sesungguhnya Luth benar-benar salah seorang rasul.” [Ash Shaaffaat:133] Di Al Qur’an dijelaskan Allah melebihkan derajad Nabi Luth di atas ummat manusia. Jadi kalau manusia biasa mayoritas tidak berzinah dengan anak kandungnya, apalagi seorang Nabi seperti Nabi Luth: “dan Ismail, Alyasa’, Yunus dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya)” [Al An’aam:86] Fitnah atas Daud Dalam Alkitab 2 Samuel 11:2-17 diceritakan bahwa Daud (yang di Matius 1:1 disebut Bapak Moyang Yesus) berzinah dengan istri Uria, Batsyeba. Setelah itu Daud memerintahkan Yoab agar menempatkan Uria di baris depan pertempuran kemudian mundur meninggalkan Uria agar terbunuh oleh musuh: 2SAM 11:2 Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya. 3 Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: “Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu.” 4 Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersihkan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya.” [2 Samuel 11:2-4] Di Alkitab 2 Samuel 13:11-14 juga diceritakan bahwa anak Daud, Amnon memperkosa adik kandungnya sendiri Tamar: 2SAM 13:11 Ketika gadis itu menghidangkannya kepadanya supaya ia makan, dipegangnyalah gadis itu dan berkata kepadanya: “Marilah tidur dengan aku, adikku.” 12 Tetapi gadis itu berkata kepadanya: “Tidak kakakku, jangan perkosa aku, sebab orang tidak berlaku seperti itu di Israel. Janganlah berbuat noda seperti itu. 13 Dan aku, ke manakah kubawa kecemaranku? Dan engkau ini, engkau akan dianggap sebagai orang yang bebal di Israel. Oleh sebab itu, berbicaralah dengan raja, sebab ia tidak akan menolak memberikan aku kepadamu.” 14 Tetapi Amnon tidak mau mendengarkan perkataannya, dan sebab ia lebih kuat dari padanya, diperkosanyalah dia, lalu tidur dengan dia.” [2 Samuel 13:11-14] Dalam Al Qur’an fitnah atas Nabi Daud itu dibantah: “Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.” [Al Maa’idah:78] Pelarangan Zina Dalam menceritakan kisah perzinahan atau pelarangan zina, Alkitab menjelaskannya secara rinci: EZEK 23:1 Datanglah firman TUHAN kepadaku: 2 “Hai anak manusia, ada dua orang perempuan, anak dari satu ibu. 3 Mereka bersundal di Mesir, mereka bersundal pada masa mudanya; di sana susunya dijamah-jamah dan dada keperawanannya dipegang-pegang. 4 Nama yang tertua ialah Ohola dan nama adiknya ialah Oholiba. Mereka Aku punya dan mereka melahirkan anak-anak lelaki dan perempuan. Mengenai nama-nama mereka, Ohola ialah Samaria dan Oholiba ialah Yerusalem. 5 Dan Ohola berzinah, sedang ia Aku punya. Ia sangat berahi kepada kekasih-kekasihnya, kepada orang Asyur, pahlawan-pahlawan perang, 6 berpakaian kain ungu tua, bupati-bupati dan penguasa-penguasa, semuanya pemuda yang ganteng, pasukan kuda. 7 Ia melakukan persundalannya dengan mereka, semuanya orang Asyur pilihan; ia menajiskan dirinya dengan semua orang, kepada siapa ia berahi dan dengan berhala-berhalanya. 8 Ia tidak meninggalkan persundalannya yang dilakukannya sejak dari Mesir, sebab pada masa mudanya orang sudah menidurinya, dan mereka memegang-megang dada keperawanannya dan mencurahkan persundalan mereka kepadanya. 9 Oleh sebab itu Aku menyerahkan dia ke dalam tangan kekasih-kekasihnya, dalam tangan orang Asyur, kepada siapa ia berahi. 10 Mereka menyingkapkan auratnya, anak-anaknya lelaki dan perempuan ditangkap dan ia sendiri dibunuh dengan pedang. Dengan demikian namanya dipercakapkan di antara kaum perempuan sebab hukuman telah dijatuhkan atasnya. 11 Walaupun hal itu dilihat oleh adiknya, Oholiba, ia lebih berahi lagi dan persundalannya melebihi lagi dari kakaknya. 12 Ia berahi kepada orang Asyur, kepada bupati-bupati dan penguasa-penguasan kepada pahlawan-pahlawan perang yang pakaiannya sangat sempurna, kepada pasukan kuda, semuanya pemuda yang ganteng. 13 Aku melihat bahwa ia menajiskan diri; kelakuan mereka berdua adalah sama. 14 Bahkan, ia menambah persundalannya lagi: ia melihat laki-laki yang terukir pada dinding, gambar orang-orang Kasdim, diukir dalam warna linggam, 15 pinggangnya diikat dengan ikat pinggang, kepalanya memakai serban yang berjuntai, semuanya kelihatan seperti perwira, yang menyerupai orang Babel dari Kasdim, tanah kelahiran mereka. 16 Segera sesudah kelihatan oleh matanya ia berahi kepada mereka dan mengirim suruhan kepada mereka ke tanah Kasdim. 17 Maka orang Babel datang kepadanya menikmati tempat tidur percintaan dan menajiskan dia dengan persundalan mereka; sesudah ia menjadi najis oleh mereka, ia meronta dari mereka. 18 Oleh karena ia melakukan persundalannya dengan terang-terangan dan memperlihatkan sendiri auratnya, maka Aku menjauhkan diri karena jijik dari padanya, seperti Aku menjauhkan diri dari adiknya. 19 Ia melakukan lebih banyak lagi persundalannya sambil teringat kepada masa mudanya, waktu ia bersundal di tanah Mesir. 20 Ia berahi kepada kawan-kawannya bersundal, yang auratnya seperti aurat keledai dan zakarnya seperti zakar kuda. 21 Engkau menginginkan kemesuman masa mudamu, waktu orang Mesir memegang-megang dadamu dan menjamah-jamah susu kegadisanmu. [Ezekiel 23:1-21] Dalam Kidung Agung (Song) gairah seks digambarkan sebagai berikut: SONG 7:2 Pusarmu seperti cawan yang bulat, yang tak kekurangan anggur campur. Perutmu timbunan gandum, berpagar bunga-bunga bakung. 3 Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar kijang. 4 Lehermu bagaikan menara gading, matamu bagaikan telaga di Hesybon, dekat pintu gerbang Batrabim; hidungmu seperti menara di gunung Libanon, yang menghadap ke kota Damsyik. 5 Kepalamu seperti bukit Karmel, rambut kepalamu merah lembayung; seorang raja tertawan dalam kepang-kepangnya. 6 Betapa cantik, betapa jelita engkau, hai tercinta di antara segala yang disenangi. 7 Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan buah dadamu gugusannya. 8 Kataku: “Aku ingin memanjat pohon korma itu dan memegang gugusan-gugusannya Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur dan nafas hidungmu seperti buah apel.” [Kidung Agung 7:2-8] Dalam Islam larangan zina dinyatakan secara singkat dengan tidak menimbulkan birahi bagi pembacanya sehingga mereka tidak berkeinginan untuk bersetubuh dengan istrinya, berzina dengan pacarnya, atau melakukan onani: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” [Al Israa’:32] Bahkan izin bersetubuh di malam bulan puasa pun disampaikan dengan cara yang tidak vulgar: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.” [Al Baqarah:187] Hukum Qishash Dalam Perjanjian Lama, Exodus 21:11-22:19 dijelaskan tentang Hukum Qishash yaitu hukuman mati untuk pembunuh, mata ganti mata, gigi ganti gigi: “Siapa yang memukul seseorang, sehingga mati, pastilah ia dihukum mati.” [Exodus 21:12] EX 21:24 mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, 25 lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak.” [Exodus 21:24-25] Namun pada Perjanjian Baru hukum itu dihapuskan dan orang Kristen tidak mengikuti aturan itu lagi. Dalam Al Qur’an hukum Qishash kembali ditegakkan: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita…” [Al Baqarah:178] Hukum Qishash diberlakukan agar orang berpikir panjang sebelum membunuh orang lain. Seandainya dia membunuh orang, maka dia dihukum mati sehingga tidak bisa membunuh lagi. Dengan cara itu dunia jadi lebih aman bagi orang-orang yang tidak berdosa (bukan pembunuh): “Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” [Al Baqarah:179] Ular atau Iblis yang Menipu Adam dan Hawa? Dalam Alkitab Genesis 3:1-19 diceritakan bahwa Ular adalah binatang paling cerdik yang bisa bicara sehingga bisa menipu manusia: Adam dan Hawa: GEN 3:1 Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” 2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, 3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.” 4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, 5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” 6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.” [Genesis 3:1-6] GEN 3:13 Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: “Apakah yang telah kauperbuat ini?” Jawab perempuan itu: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.” 14 Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: “Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.” [Genesis 3:13-14] Dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa yang menggoda Adam dan Hawa adalah Setan/Iblis: Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu] dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.”[Al Baqarah:36] Jika dalam ajaran Kristen Adam dan Hawa tetap berdosa dan dosanya diturunkan kepada manusia sebagai Dosa Asal / Dosa Warisan (Original Sin), dalam Islam disebut setelah Adam dan Hawa minta ampun dan bertobat, Allah segera mengampuni mereka dan tidak ada dosa warisan yang diturunkan kepada anak cucu mereka: “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” [Al Baqarah:37] Ummat Yahudi menganggap mereka adalah bangsa pilihan. Ummat Kristen beranggapan tidak ada keselamatan bagi orang yang tidak mengakui Yesus sebagai Tuhan sehingga mereka mengirimkan banyak misionaris/penginjil untuk “menggarami” / mengkristenkan penduduk dunia. Islam sendiri menyatakan hanya Islam agama yang diridhai Allah: “Sesungguhnya agama yang diridhai disisi Allah hanyalah Islam.” [Ali ‘Imran:19] “Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima agama itu, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” [Ali ‘Imran:85] Itulah beberapa perbedaan antara agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Meski masih banyak lagi perbedaannya, namun ummat Islam dianjurkan untuk berhubungan sosial dengan baik selama mereka tidak menyerang/memusuhi ummat Islam. Meski dalam agama tak ada paksaan dalam beragama, namun ummat Islam tidak boleh mencampur-adukkan masalah aqidah/agama. Untukmu agamamu dan untukku agamaku. Demikian ajaran agama kita.