SELAMAT DATANG DIBLOG BEJOSENTOSO

Rabu, 23 November 2011

Pandai Memilih Hubungan Dikisahkan tentang seseorang yang ingin bertobat, padahal ia sudah membunuh 99 kali dan belum pernah melakukan kebaikan. Ketika bertanya kepada seorang rahib tentang peluang tobatnya, sang rahib mengatakan tidak ada lagi peluang untuk tobat, maka kemudian dibunuhlah rahib itu dan genaplah 100 nyawa yang melayang melalui tangannya. Lalu, dia mendatangi seorang alim, kemudian orang alim itu memberikan kabar gembira bahwa Allah akan menerima tobat hamba yang bersungguh-sungguh. Hingga akhirnya, orang alim itu menyuruh laki-laki tersebut untuk meninggalkan kampung halaman dan lingkungan pergaulannya yang dahulu, lalu berhijrah menuju perkampungan orang-orang saleh. Tetapi, Allah berkehendak lain. Di tengah-tengah perjalanan malaikat maut mencabut nyawanya. Akhirnya malaikat rahmat dan malaikat azab saling berebut tentang urusan laki-laki tersebut. Kemudian, malaikat rahmat diperkenankan membawanya. Karena, setelah diukur, ternyata jasad laki-laki itu lebih dekat jaraknya dengan perkampungan orang-orang yang saleh dibanding dengan lingkungannya yang dulu. Apa makna yang dapat kita ambil dari kisah diatas ? Kisah di atas hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi kita bahwa lingkungan yang baik dan bergaul dengan orang-orang positif, berakhlak mulia dan saleh sangat mutlak kita butuhkan untuk menjaga eksistensi kualitas kehidupan dan keimanan kita. Ketika manusia hidup menjadi bagian dari koloni yang sangat besar di dunia ini, pasti akan dihadapkan pada beragam hubungan dengan sesama kehidupan lainnya. Kemanapun kaki melangkah, pasti sudah menunggu hubungan dengan manusia lainnya. Bahkan seberapapun kerasnya Anda berusaha untuk mengasingkan diri misalnya, pasti akan berhubungan dengan orang lain. Setiap individu pasti berhubungan dengan berbagai ragam manusia, mulai dari bentuk rupa, warna kulit dan lidah yang berbeda-beda. Perbedaan dan keragaman manusia tidak terbatas pada hal-hal tersebut, tetapi juga karakter dan budayanya. Bahkan perbedaan dalam tingkatan kehidupan, dari mulai yang elit sampai yang alit, dari mulai jendral sampai kopral, dari yang kelas atas sampai kelas bawah, dari orang sukses sampai orang gagal, demikianlah biasanya kita menyebutnya. Semuanya lengkap dengan pemikiran, budaya, dan tradisi masing-masing. Perbedaan dan kebergaman ini seringkali menjadikan terasa sangat sulit untuk mencari pergaulan yang baik, lingkungan yang sejuk, dan tempat yang aman dan damai. Padahal, lingkungan hidup mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membentuk kepribadian seseorang. Persaingan kehidupan yang semakin ketat, gemerlapnya kehidupan dunia, pengaruh lingkungan kehidupan, juga banyak menjadikan manusia keliru dalam memilih lingkungan persahatan dan pergaulannya. Padahal, keliru dalam hal ini bisa berakibat fatal. Salah satu contoh misalnya, sebagian orang ada yang membatasi pergaulannya hanya dengan orang-orang tertentu yang dianggap selevel dengan mereka, atau memilih orang-orang tertentu yang cocok untuk mereka. Sayangnya, seringnya pertimbangan mereka dalam menentukan siapa yang cocok untuk persahabatan dan pergaulan adalah keliru. Yakni biasanya, pertimbangan mereka itu hanya berdasarkan kepentingan dan kesenangan dunia. Hanya berdarkan orientasi keuntungan dunia semata, yang notabene seringkali sangat dipengaruhi oleh nafsu dan ego pribadi. Memilih Hubungan Sejati Lantas bagaimana memilih persahabatan yang benar ? Bagaimana memilih hubungan yang baik, ditengah banyaknya kepentingan dan ego pribadi ? Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam memilih hubungan yang baik ? Berikut ini berapa tips, yang dapat menjadi pertimbangan bagi kita dalam mengembangkan persahabatan dan pergaulan yang baik, yakni: 1. Perbedaan Adalah Hikmah. Setiap individu dari manusia haruslah menyadari dirinya, menyadari posisinya dan peka terhadap apa yang ada di sekelilingnya, sehingga dia tampil sebagai sosok yang professional dan proporsional, dan mampu mengambil langkah yang tepat dalam menjalani kehidupannya. Sesungguhnya banyak sekali Hikmah dari adanya berbagai perbedaan manusia, di antaranya adalah agar manusia mengetahui sebagian tanda-tanda kebesaran Allah. Dengan kata lain, perbedaan tersebut tidak perlu menjadi penghalang dalam membina hubungan dengan orang lain. 2. Mengedepankan nilai-nilai kebaikan. Ibnu Katsir mengatakan mengenai persahabatan, “Janganlah mengikuti orang yang mengabaikan agama dan ibadah karena sibuk dengan urusan dunia. Sedang amal dan perbuatannya sebagai bentuk kebodohan, tindakan melampaui batas, dan sia-sia. Dan janganlah kamu taat kepadanya, jangan menyukai jalannya, dan jangan iri dengan keadaannya.” Hal ini menganjurkan kita untuk duduk bergaul dengan orang-orang yang memiliki semangat positif, berakhlak mulia, mengedepankan nilai-nilai spiritual, agama dan ibadah, tanpa pandang bulu, baik itu dari kalangan atas, kalangan menengah, ataupun arus bawah yang miskin, yang kedudukannya tidak dihiraukan oleh masyarakat sekalipun. Orang yang mengedepankan nilai-nilai spiritual sesuai suara hatinya, pada umumnya adalah orang-orang yang baik. Maka dari itu, hendaknya kita hanya membatasi pergaulannya dengan orang-orang yang baik, siapa pun dia. Jika kita bergaul dengan orang-orang yang baik, banyak sekali manfaat dan faedah yang didapatkan. 3. Kemuliaan Akhlak Adalah Yang Utama Banyak orang, hanya karena mengejar kesenangan di dunia, mereka rela mengorbankan kesenangan yang hakiki, yaitu ketika mereka salah dalam memilih teman dan lingkungan pergaulan. Kebanyakan manusia lebih memilih teman yang bisa diajak bersenang-senang, hura-hura, dan menyia-nyiakan usia mereka, ketimbang berhubungan dengan orang yang berpikiran positif, memiliki kekayaan emosional dan spiritual, perilaku baik dan orang-orang yang takut kepada Allah. Karena, memang orang yang berpikiran positif, orang-orang saleh, orang-orang berakhlak mulia, di mata masyarakat umum kurang disenangi, atau bahkan dianggap asing. Pandangan ini timbul karena masyarakat sudah mengalami krisis multidimensi, dan terutama adalah dekadensi moral yang sangat parah. Sehingga, orang yang seharusnya dijadikan teman justru dijauhi. Padahal, syarat untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan hakiki adalah selalu memiliki sikap positif, mengedepankan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran, mempertahankan keimanan dan memiliki motivasi yang tinggi dalam kehidupan. Dengan selalu bergaul dengan orang-orang yang bersikap positif, memiliki motivasi untuk berprestasi, memiliki akhklak mulia, akan mendorong kita untuk memiliki kualitas kehidupan yang baik. Disinilah pentingnya setiap individu pandai dalam memilih teman dan lingkungan. Kita harus selektif, yaitu memilih orang-orang yang berpikiran positif, memiliki motivasi berprestasi dan memebrikan manfaat bagi kehidupan, mengedepankan nilai-nilai spiritual seperti kejujuran, kebersamaan, kasih saying, kebaikan, keadilan, dll. Memiliki motivasi tinggi dalam meraih prestasi kehidupan. Mereka yang dapat menjaga keseimbangan dalam kehidupan dunia tanpa mengabaikan nilai-nilai spiritual dan keimanan. Mereka itulah yang hendaknya kita jadikan teman sejati. Agar efek samping yang kita dapatkan adalah kebaikan, kesuksesan dan kebahagiaan sejati. Jangan sampai kita memilih teman dan lingkungan yang tidak baik, karena lambat laun dikhawatirkan kita akan tertular atau paling tidak ikut terkena getahnya. Ada pepatah Arab yang mengatakan, “Akhlak yang buruk itu akan menular.” “Sesungguhnya, perumpamaan teman duduk yang baik dengan teman duduk yang jahat adalah bagaikan penjual (pembawa) minyak wangi dan tukang (peniup) pandai besi. Penjual minyak wangi, mungkin akan memberimu, atau engkau bisa membeli darinya, atau paling tidak engkau akan mendapat aroma yang enak. Sedangkan tukang pandai besi, kalau tidak membakar bajumu, paling tidak engkau akan mendapatkan bau busuk (tak sedap) darinya.” - Al-Hadits -.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar